BALI BERSIH MENYAMBUT NYEPI, 18 Pebruari 2008

BALI BERSIH MENYAMBUT NYEPI

Anand Krishna*
Radar Bali, Senin 18 Pebruari 2008

 

Mulla Nasruddin menyuruh anaknya untuk membeli sesuatu dari warung sembari memberinya selembar uang kertas 50 ribuan, “Jangan lupa kembaliannya yah….”

Si anak baru mau keluar dari rumah, ia memanggilnya lagi, “Sini….” Kemudian, sambil menamparnya, “Jangan lupa kembaliannya yah…”

Anand Krishna bingung, “Sobat, pelajaran macam apa pula itu? Ia belum lagi melakukan kesalahan, dan kau sudah menamparnya.”

Mulla menjawab, “Kalu sudah salah, kembaliannya tidak dibawa atau kurang atau hilang, baru saya tampar kan tidak beguna. Lebih baik tampar dulu, supaya dia ingat dan tidak berbuat salah.”

Hmmmm….

Betul juga. Bila kita kaitkan dengan kebiasaan kita selama ini – membersihkan rumah dan membenahi diri pas pada hari raya atau hanya beberapa hari sebelumnya saja – maka hendaknya pesan Mulla dijadikan perhatian.

Menyepi hanya pada hari raya Nyepi saja, Menyalakan Lilin Pencerahan hanya pada malam Natal saja, memperbaharui niat untuk kembali pada Fitrah hanya pada saat Idul Fitri saja, atau mengenang Kesadaran Buddha hanya pada hari Wesak saja – TIDAK CUKUP.

Sepanjang tahun kita mesti membenahi diri, membersihkan rumah jiwa kita untuk menyambut hari-hari suci itu.

Apa yang mesti kita lakukan untuk menyambut Nyepi bulan depan? Mumpung masih ada waktu beberapa minggu dan ada pepatah, “it is never too late…” Saat kita tersadarkan, itulah Hari Kelahiran kita. Perayaan Hari Ulang Tahun selama ini sungguh sangat tidak berarti, bila tidak terjadi peningkatan kesadaran di dalam diri kita. Begitu juga, Perayaan Hari Suci tidak berarti apa-apa bila jiwa kita tidak menjadi lebih suci.

Pertama: Main Ceki, Berjudi, atau Melakukan Kegiatan apa pun yang Serupa dengan perbuatan konyol Yudishthira yang kemudian berakibatkan perang Bharatayudha – jauh dari nilai kesucian.

Ya, perang Bharatayudha itu antara lain disebabkan oleh kekonyolan Yudishthira, yang walau sudah diberi peringatan, dan sudah punya pengalaman kalah sebelumnya, masih tidak mau bertobat.

Kedua: Membiarkan diri Termabukkan oleh Arak, Pangkat atau Harta sebenarnya sama saja. Semua itu menjatuhkan martabat kita sebagai manusia. Kita kehilangan harga diri. Ketergantungan pada ketiga hal tersebut, atau pada sesuatu apa saja di luar diri, adalah penghinaan terhadap Sang Jiwa Agung yang bersemayam di dalam Bilik Badan.

Ketergantungan pada apa saja melemahkan batin kita. Pikiran pun terpengaruh dan hilanglah kejernihannya. Begitu pula dengan rasa, menjadi butek. Akal kehilangan arah.

Ketiga: Melupakan Hubungan kita dengan Alam dan merusaknya sendiri, atau menjadi penyebab bagi terjadinya kerusakan. Dalam enam bulan terakhir ini berapa kali kawasan Kuta ditutup karena gelombang tinggi dan angin ribut/kencang? Kenapa? Apa yang menyebabkan alam murka?

Seseorang yang tidak berwawasan spiritual boleh saja menghibur diri dengan mencari pembenaran, “Namanya juga alam, tidak bisa diapa-apakan. Mari kita berdoa bersama….”

Bali yang spiritual tahu persis bila pembenaran seperti itu hanyalah hiburan bagi orang-orang yang hanya beragama di KTP dan sama sekali tidak memiliki wawasan spiritual. Bali yang spiritual paham betul, mengerti betul bila tidak ada akibat tanpa sebab.

Apa yang terjadi di Kuta hanyalah Peringatan Awal bagi seluruh pulau Bali. Lingkungan dan Alam sekitar Kuta dan Legian sudah betul-betul tercemar, rusak. Dan, hingga saat ini pun masih berlangsung pembangunan mega-raksasa yang saya yakin seyakin-yakinnya tidak di ridhai oleh Gusti Allah, oleh Hyang Widhi, oleh Adi Buddha, oleh Bapa di Surga. Pembangunan tersebut bila tidak segera dihentikan, kita semua akan terpaksa menanggung resikonya. Saya tidak mampu membayangkan akibat yang dapat terjadi.

Maka, sekali lagi saya mohon dengan amat sangat kepada para Ketua Desa Adat, Banjar setempat, kepada Bupati, kepada Wakil Rakyat, dan terutama kepada Investor yang sama-sama anak bangsa dan saya yakin dapat merasakan penderitaan sesama anak bangsa sebelumnya di daerah lain – hentikan pembangunan yang dapat merugikan seluruh Bali itu.

Keempat: Menjaga Kesatuan dan Persatuan sesama Warga Bali. Saya sangat khawatir dengan adanya upaya-upaya untuk memecah-belah kita. Upaya-upaya ini adalah bagian dari konspirasi yang direncanakan secara matang.

Bali mesti tetap bersatu, tidak boleh terpecah-belah karena agama, aspirasi politik atau isu lain apa saja.

Bukan saja warga asli Bali, tetapi setiap orang, warga negara Indonesia maupun Asing yang bermukim di Bali, dan/atau mencari nafkah di Bali – mesti menghormati Budaya Bali yang adalah Benteng Terakhir bagi Budaya Nusantara.

Saya salut pada Saudara Ketut Abbas yang tetap mempertahankan ke-Ketut-annya walau bernama Abbas. Saya mengharapkan Petrus pun tidak meninggalkan ke-Putu-annya. Dan, Mas Jawa maupun Andi Sulawesi mencintai Kuta sebagaimana mereka mencintai Solo dan Makassar.

Ketika orang di luar Bali mencap Bali sebagai tempat maksiat dan mempersilakan kontes kecantikan dipindahkan ke Bali, maka keberatan seorang Ketut Abbas saya saluti. Bali yang disebut-sebut tempat maksiat itu mesti membuktikan bila ia masih jauh lebih sopan, lebih santun, dan lebih bersih.

Sayang sekali, belakang ini kita mendengar dan membaca tentang sekian banyak kejadian yang sangat memilukan. Ada yang terbunuh, ada yang membunuh diri…. Pun aksi kejahatan lainnya makin marak, ada yang dilaporkan kepada pihak yang berwajib dan diliput oleh media, ada pula yang tidak dilaporkan dan tidak diliput.

Apa yang mesti dilakukan? Kita tidak dapat menyalahkan pihak kepolisian. Karena, mereka hanya akan bertindak setelah terjadinya aksi kejahatan. Kita semua harus bersama-sama memikirkan upaya yang bersifat preventif. Untuk Mencegah terjadinya tindakan kriminal.

Dan, untuk itu tidak ada jalan lain, tidak ada solusi lain kecuali Meningkatkan Kesadaran Diri. Sesungguhnya, inilah Pesan di balik Nyepi. Menyepi untuk Menemukan Jati Diri, Menyepi untuk Mengembangkan Potensi Diri. Dengan cara inilah kita bisa membersihkan Bali supaya siap untuk menyambut Nyepi…… Semoga, Aum Shanti, Sadhu, Amen, Amin, Aummmmm…….

*Aktivis Spiritual (http://www.anandkrishna.org/, http://www.aumkar.org/, http://www.californiabali.org/)