Kebahagiaan dan Manusia Indonesia, 26 November 2007

Kebahagiaan dan Manusia Indonesia

Anand Krishna
Radar Bali, Senin 26 November 2007

 

Terlambat setahun penuh sejak BBC dan NEWSWEEK mengangkat isu Kebahagiaan manusia barat – akhirnya salah satu media lokal menurunkan berita tentang apa saja yang membuat manusia Indonesia bahagia.

Bukan Relasi atau Hubungan Keluarga, bukan pula Kesehatan dan Kepuasan Bathin – tetapi Tuhan dan Uang. Wow, hebat! Dan, koran itu pun menyamakan Tuhan dengan Agama. Jadi, Berdoa dan Mencari uang – itulah Kebahagiaan Manusia Indonesia!

Tuhan dan Uang, Berdoa dan Mencari Uang, Ruh dan Kebendaan. Bila menggunakan bahasa Einstein, Energi dan Materi. Memang sih, alam semesta ini memang permainan Energi dan Materi yang sesungguhnya pun bukanlah dua hal yang beda tapi satu dan sama. Setidaknya demikianlah pendapat para saintis, para ilmuwan modern yang masih belum dapat memperbaiki Hukum Relativitas sebagaimana dijabarkan oleh Einstein.

Pertanyaannya – apakah para responden yang menyebut Tuhan dan Uang itu semuanya memahami teori Eisntein? Apakah mereka memahami Tuhan sebagai Energi dan Uang sebagai materi? Atau, sebagaimana diterjemahkan oleh media yang menerbitkan hasil penelitian itu, mereka pun belum dapat membedakan dogma dan doktrin agama dari Tuhan? Padahal, dogma dan doktrin itu sepenuhnya masuk ke dalam wilayah materi.

Tuhan dan Uang – keduanya itulah yang membahagiakan Manusia Indonesia. Coba kita telusuri lebih lanjut dengan menggunakan sedikit rasio, sedikit intelejensia: Apa urusan kita dengan Tuhan, sehingga Ia dapat membahagiakan kita?

Ya, pertanyaan ini sungguh penting, sangat penting – supaya menjadi jelas “apanya” Tuhan yang membahagiakan kita? Saya berusaha untuk mencari jawaban dari orang-orang yang sebelumnya saya tidak kenal, supaya lebih objektif. Ternyata dugaan saya betul – umumnya kita berurusan dengan Tuhan karena Ia adalah Yang Maha Memberi.

Urusan kita dengan Tuhan pun bukanlah urusan cinta, bukanlah urusan kasih – tetapi perkara materi murni. Kita berdoa, kita menjalankan ritus-ritus keagamaan, bahkan kita beragama – hanya karena Tuhan adalah Hyang Maha Memberi segala apa yang kita butuhkan, Hyang Maha Mendengar segala macam keluhan kita, Hyang Maha Memenuhi segala macam keinginan kita, Hyang Maha Menyelesaikan segala macam perkara kita.

Barangkali kita tidak akan berurusan dengan Tuhan bila Ia adalah Hyang Maha Menegur dan Maha Menjewer kuping ketika kita berbuat salah. Kita lebih suka dengan atribut-atribut Tuhan seperti Hyang Maha Mengasihi dan Maha Menyayangi. Jelas, kita tidak mau ditegur dan dijewer kuping kita.

Berarti, Tuhan yang Membahagiakan kita adalah Tuhan yang Memenuhi segala macam kebutuhan, bahkan keinginan materi kita. Dan, tidak pernah menegur, apalagi menghakimi dan menghukum kita. Keberagamaan kita sepenuhnya, 100 persen adalah urusan materi murni!

Tuhan dan Uang Membahagiakan kita…..
Sesungguhnya, yang kita maksud adalah: Tuhan yang menyediakan Uang dan Uang itu sendiri yang membahagiakan kita. Berarti, kebahagiaan manusia Indonesia sepenuhnya datang dari Uang, dari Materi.

Tidak heran, bila politisi senior kita menganggap perolehan suara di pemilu sebagai rejeki. Tidak heran pula bila kita tidak pernah lupa mengucapkan syukur kepada Hyang Maha Kuasa ketika meraih kekuasaan. Dari olahragawan hingga rohaniwan – semuanya mengharapkan materi dari Tuhan.

Nabi Isa pernah mengingatkan kita: “Carilah Dia, maka segala sesuatu yang lain akan ditambahkan kepadamu.”

Kita mencari Dia, supaya memperoleh segala sesuatu.
Sama-sama mencari, tetapi lain pencaharian Sang Nabi dan lain pencaharian kita. Sang Nabi tidak mencari untuk memperoleh sesuatu. Kita mencari dengan tujuan jelas untuk memperoleh sesuatu.

Baginda Rasul, panutan kita, sedang berdagang, berusaha, berkarya…. Sepanjang hayatnya berapa kali ia melakukan perjalanan ke tanah suci untuk menunaikan Ibadah haji? Berapa kali pula ia menjalankan ritual Umrah? Mari, bersama-sama kita mencari datanya dari risalah beliau, supaya mata bathin kita terbuka lebar. Kemudian, bandingkan dengan diri kita sendiri, dengan para rohaniwan dan para politisi dan para pengusaha modern. Berapa banyak uang yang mereka hamburkan untuk perjalanan yang sesungguhnya hanya wajib sekali saja?

Tuhan dan Uang….. Tuhan yang Menyediakan Uang dan uang itu sendiri – keduanya inilah yang membahagiakan diri kita. Maka, tidak heran bila di tanah suci pun, entah di Mecca, di Haridwar, di Yerusalem, di Roma, atau dimana pun jua – telepon genggam tidak pernah lepas dari tangan kita.

Sungguh, dalam kemunafikan kita – kita telah menjadikan Tuhan dan agama sebagai kedok. Kedok untuk menutupi wajah kita yang penuh noda. Para responden yang menyebut Tuhan dan Uang sebagai dua hal yang paling membahagiakan pun sesungguhnya hanya ingin menyebut Uang saja. Tetapi, tidak berani. Malu. Maka, kita menggunakan Tuhan sebagai pembungkus. Dengan pembungkus itulah kita menutupi keserakahan dan kerakusan kita pada materi.

Selama bertahun-tahun kita mencaci-maki komunis dan ajaran komunisme. Tetapi, melihat pembangunan fisik Cina, mata kita menjadi silau. Tiba-tiba, kita memuji habis pembangunan fisik yang sesungguhnya atas penderitaan rakyat itu. Ini gejala apa?

Mereka yang sebelumnya sibuk membakar buku-buku komunis, sekarang bolak-balik mengunjungi negeri tirai bambu yang lebih kuat dari besi itu. Dari urusan impor gunting hingga cangkok ginjal – Cina telah menjadi kiblat kita. Pernahkah kita bertanya ginjal yang kita peroleh itu milik siapa? Hati yang kita peroleh itu milik siapa? Jantung yang kita peroleh itu milik siapa?

Kita mengangung-agungkan keberhasilan materi yang telah menyebabkan penderitaan bagi sekian banyak orang. Apa salah para biarawan Tibet, sehingga mereka dikurung hanya karena Dalai Lama yang tinggal dalam pengasingan itu diberi penghargaan oleh Bush?

Kita tidak peduli, karena biarawan Tibet bukanlah sepupu kita. Ya, bila Yahudi menembak mati warga Palestina, maka kita peduli. Karena, warga palestina adalah sepupu kita. Saat itu kita lupa pula bila Yahudi pun sama-sama sepupu kita. Wong keduanya keturunan Nabi Ibrahim koq!

Apa salah para pengikut Falun Gong, sehingga mereka dipenjarakan dan menurut penelitian sekian banyak pihak telah dijadikan pemasok organ-organ tubuh yang kemudian dijual kepada kita?

Kita tidak pernah memikirkan semuanya itu, asal kita tidak rugi. Asal kita memperoleh cangkokan ginjal, hati dan jantung, setiap saat kita membutuhkannya. Pernahkah kita merenungkan implikasi dari Human Harvesting yang dilakukan oleh para pemasok organ tubuh itu? Apakah kita memahami makna Human Harvesting?

Tuhan dan Uang…… Sesungguhnya yang kita maksud adalah Uang dan Uang. Materi dan Materi. Kita, sebagai bangsa, telah sepenuhnya terjebak dalam Ilusi yang disebabkan oleh Lapisan Materi. Itu saja yang terlihat oleh kita. Kita tidak dapat melihat sesuatu di balik lapisan itu.

Kedudukan, ketenaran, keberhasilan, pasangan, harta, uang – semuanya itu materi. Dan,. Semuanya itu yang membahagiakan kita. Tuhan pun menjadi bagian dari apa yang membahagiakan kita karena Ia dapat memenuhi keinginan kita akan materi.

Manusia Indonesia dan Kebahagiaan…… Barangkali kita belum mengerti arti kebahagiaan. Kita masih sepenuhnya terperangkap dalam kenyamanan sesaat, kesenangan temporer dan kenikmatan materi….. Ya Allah, ya Rabb, Gusti, Widhi, Thien, Bapa di Surga, Tuhanku, tunjukkan kepada kami Jalan yang Benar – Jalan Menuju Kebahagiaan Sejati…… Amin, Amen, Sadhu, Om Shanti…….