Management Stress di Universitas Pendidikan Nasional (UNDIKNAS) Denpasar
“Guru adalah dia yang melenyapkan kegelapan. Kalau guru mengalami stress bagaimana nasib para siswa?” demikian Bapak Anand Krishna membuka wacananya. Acara ini bertepatan dengan krisis global yang kita hadapi saat ini. Bagaimana Indonesia menyikapi dampak dari krisis global ini terhadap kita? Bapak Anand Krishna pernah memberikan wacana menyangkut hal ini jauh sebelum krisis terjadi. Dan harian Jakarta Post pernah memberitahu kepada kita bahwa ide-ide kita yang kita keluarkan dan pernah bahas tahun lalu baru dibahas di tingkat Nasional. Saya perlu bangga dan kita semua harus bangga karena ide-ide saya sesungguhnya bukanlah ide-ide saya namun ide-ide tersebut muncul dari wilayah peradaban kita, bagaimana kita bisa menghadapi keadaan dan permasalahan yang muncul saat ini. Kalau kita bicara globalisasi kita sudah mengalami globalisasi kurang lebih 1200 tahun yang lalu. Jadi tidak usah takut.
Belajarlah dari sejarah kita sendiri sehingga kita tidak mengalami pengulangan. Secara global kita sedang mengalami keadaan seperti itu. Saat diwawancara mengenai Obama saya mengatakan sesuatu hal dengan jujur, … dan tidak ditulis. Saat itu saya tidak mengkritik Obama secara pribadi, tetapi saya mengkritik sistem yang dianut pemerintah Amerika. Dan sistem itu kalau tidak dirubah kita hanya tambal sulam saja, dan jangan sampai hal itu terjadi di Indonesia karena bangsa kita saat ini, para pemimpin kita hampir 60% dikuasai oleh orang-orang lulusan Barat yang memiliki satu ideologi tertentu. 40% adalah orang-orang dari pesantren yang sangat ortodok, tidak mau tahu Barat, cuma tahu Arab. Dua-duanya extrim, dan di Indonesia membutuhkan satu sistem yang khas Indonesia karena kondisi dan letak geografi kita berbeda. Diluar sana tidak ada negara dengan 17 ribu lebih pulau.
Beberapa waktu yang lalu ada pemimpin yang mengatakan bahwa kita butuh sistem federal. Ini pasti tidak akan jalan. Kita tak mau belajar dari sejarah bahwa sistem itu pernah diterapkan dan kita pernah gagal. Kalau kita meniru sistem perekonomian AS berarti kita sedang menuju kepada masa 5 tahun penuh dengan gejolak. Indonesia akan bertahan dengan menjual aset-aset strategis dan lahan kita, … kita bertahan dengan memberikan hak-hak yang tidak seharusnya diberikan. Jalan solusinya adalah swadesi, dengan sistem Koperasi. Dengan penduduk lebih dari 200 juta kita barteran, dan kita pasti bisa bertahan. Tantangan bagi ekonom kita, sedang ada konspirasi untuk mengamandemen undang-undang lagi sehingga koperasi dan UKM dan Departemennya akan dihapuskan. Kalau konsep koperasi dalam undang-undang dihapuskan berarti apapun nanti bisa diswastanisasikan. Di beberapa airport pelataran parkir sudah dikuasai asing. Tinggal selangkah lagi, airtport pun akan dikuasai. Kalau ini terjadi, pertahanan dan keamanan kita dimana?
Baru-baru ini Bapak Anand Krishna menghadiri konferensi di Brazil yang diprakarsai oleh pemerintah Brazil dan Green Cross yang didirikan oleh Michael Gorbhacev. Semua negara diundang dan hadir kecuali Indonesia. Dalam acara tersebut yang dibicarakan adalah air. Diperkirakan, kalau terjadi perang dunia ke-3 yang akan diperebutkan oleh seluruh dunia tahun 2020 adalah air bersih dan pangan. Tidak minyak lagi karena itu cerita kuno. Energi dapat diperoleh dari solar energy, wind energy dan lain-lain, dan akan semakin murah. Mau kemana kita? Apa yang kita miliki? Kesimpulan yang dibuat oleh PBB adalah 2 negara terkaya di dunia adalah Indonesia dan Brazil. Sumber alam, bio diversity, dan letak geografis kepulauan kita sangat strategis, dikelilingi oleh air laut yang begitu masuk kedalam pulau dengan sendirinya terfilter dan bila diambil telah menjadi air bersih. Di Arab Saudi air disuling dari laut dengan biaya yang sangat tinggi. 70% makanan di Arab Saudi diimpor. Dahulu saya mengkhawatirkan Sudan sekarang tanah kita sendiri. Papua, Padang Sumatra Barat, Lombok, Kalimantan, Sulawesi dll sudah dikontrak puluhan tahun oleh negara tersebut. Kalau tidak punya minyak dan uang apa yang akan dilakukan?
Global trend 2025 patut dijadikan renungan, bangsa kita arahnya kemana? Apa yang akan menjadi persoalan-persoalan besar yang akan mempengaruhi ekonomi kita termasuk terorisme dll. Beberapa poin disitu harus kita bahas bersama-sama, tidak bisa berdiri sendiri. Begitu banyak faktor lain termasuk foreign policy, tingkat keamanan dan cara mengelola sumber daya alam kita akan mempengaruhi. Lagi-lagi kita butuh cara atau sistem ekonomi yang khas kita. Kalau dulu Bung Hatta bicara tentang koperasi, kita harus kembangkan lebih lanjut. Sumber alam kita luar biasa, sehingga siapapun yang menjadi pemimpin, pertumbuhan ekonomi kita bisa 3-4%. Fakta-fakta demografi sangat penting. Di China, Zhenchen, pengangguran meningkat. 20 ribu pabrik di China gulung tikar, tetapi produksinya yang melimpah akan mematikan industri kita bila dipasarkan di Indonesia dengan sistem dumping, harga murah.
Sejarah kita, setiap 30-an tahun terjadi resesi. Saat ini seluruh dunia kena dampaknya. Gandhi pernah mengatakan bahwa jika India serakah maka akan memperbudak dunia. Saya mengatakan, India dan China, dua raksasa yang sedang bangkit ini akan menjajah seluruh dunia. Dalam Global Trend 2025 yang akan menjadi leadears of the world adalah 4 negara: China, India, Rusia, Brazil. Mengapa bukan Indonesia? Walaupun berlimpah dengan kekayaan alam, potensinya ada tetapi pemerintah tidak bekerja kearah situ. Apa yang terjadi saat ini dengan ramainya mall, ramainya pasar, rakyat banyak yang membeli mobil baru, motor setiap orang punya, semuanya semu. Tidak ada landasan yyang mendasarinya. Uangnya dari mana? Pinjaman atau menggadaikan aset-aset kita. Brazil cepat sadar, ketika hutan Amazonnya gundul mereka cepat sadar. Saat ini disuburkan kembali. Sementara semua, segala macam penjarahan dari orang asing di hutan dihentikan. Dihentikan oleh siapa, oleh rakyatnya.
Saat Bapak Anand Krishna diundang dalam Konferensi Pemandu Wisata Seluruh Dunia, beliau mengatakan bahwa beliau sangat terkejut. 60% wisatawan yang datang ke Bali datang karena Bali dianggap resort, 20% untuk bisnis, sisanya 20% ketertarikan budaya. Di Mesir, sekjen WTAGA mengatakan 80% wisatawan datang untuk budaya. Di India para guide tidak perlu bekerja keras karena wisatawan datang karena tertarik dengan budayanya, dengan Indianya. Di Indonesia orang datang ke Bali bukan untuk budayanya bukan untuk seninya namun untuk jalan-jalan. Kalau ada bom dan kerusuhan maka semua akan pindah ke negara-negara lain dan tidak datang lagi.
Stress dibutuhkan, tanpa stress kita akan bodoh. Negeri kita menjadi terpuruk karena kita kurang stress, kurang gairah. Bali harus mempunyai stress yang luar biasa, namun harus dikelola. Stress adalah energi, setiap konflik menimbulkan energi, yang bisa membuat kita produktif. Stress jika diolah akan menyebabkan anda menjadi kreatif. Bagaimana menjadi kreatif? Anda harus bergaul dengan orang-orang yang kreatif. Bapak Anand Krishna menyarankan kepada kita semua untuk nonton sebuah film yang sangat bagus, “No Short to Hapiness”. Pesannya jelas: tidak ada jalan pintas menuju kebahagiaan. Di Bali sesungguhnya sudah ada. Dengan adanya budaya seni, semuanya menciptakan, mengembangkan kreatifitas kita. Saat ini yang menjadi masalah kita di Bali adalah adanya trend minimalis. Rumah minimalis, taman minimalis dll. Kita menjadi bodoh, dan itu sangat menguntungkan bagi orang-orang yang ingin menjarah kita. Do something new!
Indonesia kalau mau maju, dalam 5 tahun mendatang jangan banyak anak sehingga tidak memikirkan anak melulu. Tanpa stress Bhagawadgita tidak lahir. Krishnapun stress menghadapi perang ini. Kita butuh kebanggaan, kita harus tahu jati diri kita. Potensi diri kita apa? Kita tidak membutuhkan solusi negara-negara barat. Yang kita butuhkan adalah solusi Koperasi atau Cooperation. Kembangkan kerjasama antar pulau. Gubernur harus diberdayakan dan bupati harus bekerjasama dengan gubernur untuk memajukan daerahnya. Dengan begitu semua kepulauan kita berdaya secara mandiri. Untuk itu dibutuhkan stress.