SABDA SANG GURU – 4

DIAMBIL DARI
MEDIA HINDU, HALAMAN 44-45, EDISI 171, MEI 2018
DARI ANAND ASHRAM


Pancha Yajna – Kewajiban untuk Berbagi (Bag. 2)

Anand Krishna *

Matru Devo Bhava, Pitru Devo Bhava… Who is God? Mother and Father are God…. forgetting these physical Gods who are directly in front of you, trying to seek for God elsewhere is of no use. They ae the ones who are with us in our difficulties, loss and sorrows, who understand us, and nurture us…. On one side bringing tears in the eyes of your parents and on the others side worshipping the Lord, what is the use?

Love your parents first. If you do not love your paretns, you can never have true love… Respect your parents. Please them. When you make them happy, your live will be happy throughout.”

Sri Satya Sai Baba

Wejangan Ttgl 23 Aug, 1995

Hormatilah Ibumu sebagai Wujud Hyang Mulia, Hormatilah Ayahmu sebagai WujudNya pula… Siapakah Tuhan itu? Ibu dan Ayah adalah Tuhan…. melupakan Sang Hyang yang berwujud dan berada di hadapanmu, dan berupaya mencari Tuhan di tempat lain tidak ada gunannya. Mereka (=orangtua) senantiasa bersama kita dalam keadaan sulit, kehilangan dan duka, merekalah yang memahami dan memelihara kita…. Di satu sisi membawa air mata di mata mereka, di sisi lain menyembah Tuhan, apa gunanya?

“Cintai orangtuamu terlebih dahulu. Jika kau tidak mencintai orangtua, kau tak akan pernah mendapatkan cinta sejati… Hormati orangtuamu. Layani mereka. Ketika kau membuat mereka bahagia, hidupmu akan selamanya bahagia.

Sebelumnya Kita sudah Menyelami Deva Yajna, sekarang Pitru Yajna. Selama ini kita lebih sering mengartikan Pitru Yajna sebagai penyembahan pada leluhur, mereka yang sudah tidak bersama kita. Ya itu juga. Tapi, bukan itu saja.

Memang menyembah mereka yang sudah tidak bersama kita lebih mudah. Cukup menyediakan sesajen, menyajikan di suatu tempat yang sudah ditentukan, dan selesai tugas kita, kewajiban kita.

Demikian, sebagaiman Guru selalu mengingatkan, “Kalian semua lebih senang memuja bangkai. Mereka yang sudah mati tidak bisa menegur. Mereka tidak bisa mengatakan tidak, walaupun tida setuju dengan apa yang kalian lakukan. Cobalah memuja mereka yang masih hidup!”

Pitru Yajna Bukanlah Urusan Sesajen, tetapi urusan seva – bagaimana melayani orangtua, bagaimana melayani mereka yang lebih tua.

Pitru Yajna juga berarti belajar dari pengalaman para leluhur. Apa yang menjadi kekuatan mereka, apa yang mesti ditiru, dilestarikan. Dan, apa yang menjadi kelemahan mereka, apa yang mesti ditinggalkan, tidak diteruskan.

Sebab, banyak juga kebiasaan-kebiasaan, adat-istiadat para leluhur yang tidak cocok dengan zaman kita. Gunakan kebijakan desha-kala-patra untuk melepaskan, membuang jauh-jauh segala kebiasaan yang tidak baik, tidak relevan, tidak cocok dengan kondisi saat ini.

Di Saat yang Sama, jangan pula menerima segala sesuatu yang baru, yang modern, hanya karena sedang trendy, banyak orang yang melakukannya.

Misal, di kota-kota besar – semoga tidak terjadi di Bali – orang tua dititipkan, ditaruh di Panti Jompo. Di Jakarta, dan beberapa kota besar lainnya panti jompo, walaupun berbentuk yayasan, sudah menjadi usaha dagang.

Biaya tinggi puluhan juta per bulan pun tidak menjadi soal bagi anak-anak yang sudah mapan. Adakah kebiasaan atau trend zaman now seperti itu mesti ditiru?

Jika mampu membayar puluhan juta per bulan, kenapa tidak menggaji seorang perawat untuk menjaga orang tua di rumah?

Seorang Anak yang Bekerja sebagai CEO di salah satu perusahaan multi-nasional berdalih: “Di rumah mereka sendirian, kesepian, di Panti ada semua fasilitas dan banyak orang tua seusia, lebih enak.”

Koq kamu yang menentukan lebih enak dimana? Adakah kamu bertanya pada orangtuamu? Di Barat, saya melihatsendiri di salah satu kota kecil di California, para orang tua yang tinggal di Panti Jompo itu dipekerjakan lagi untuk mengajar siswa taman kanak-kanak, atau sekedar babysitting untuk anak-anak yang lebih kecil. Tidak jarang pula, siswa taman kanak-kanak yang mereka ajari itu adalah cucu mereka sendiri. Dimanakah rasionya? Seorang yang bangga sebagai CEO, ahli pemasaran, ahli ekonomi membayar kepada Panti Jompo untuk mengurusi anaknya, kemudian membayar lagi kepada pihak Taman Kanak-Kanak atau Daycare for Babies untuk mengurusi anak-anak mereka, yang kemudian diurusi oleh orangtuanya sendiri yang dipekerjakan oleh Panti Jompo!!! Bayangkan.

Guru pernah Bercerita tentang Seorang Anak, yang walau masih kecil, rupanya lebih bijak dari orang tuanya yang hendak mengantar kakek dan neneknya ke Panti Jompo, “Papi, Mami, aku juga mau ikut.”

“Tidak nak, tidak perlu. Nanti kapan-kapan saja. Papa dan Mami hanya mengantar saja. Dan, disana perlu mengisi formulir segala, kamu akan bosan.”

“Tidak Pa, tidak Ma, aku tidak akan bosan.” jawab anak kecil yang sangat bijak itu, “aku justru mau belajar cara mengisi formulir segala. Mau tahu caranya.”

“Untuk apa, nak? Itu bukan urusanmu. Kamu di rumah saja.”

“Urusanku Pa, Ma… Biar nanti kalau Papi dan Mami sudah tua dan aku mesti mengantar ke Panti Jompo, aku tahu caranya.”

Pintar.

Papi dan Mami tercerahkan! Mereka mengurungkan niatnya untuk membuang kedua orangtua mereka Panti Jompo.

Matru Devo Bhava, Pitru Devo Bhava – Jika kita tidak menghormati, tidak melayani kedua orang tua kita, kelak janganlah mengharapkan anak-anak kita akan mengurusi kita. Ingat Hukum Karma. Kita menuai hasil dari apa yang kita tanam.

Untuk mengingatkan kembali pada nilai-nilai luhur budaya atau samkriti Sindhu, Hindu inilah, sejak tanggal 14 Februari yang lalu kita menyulap hari Valentine menjadi Matru Pitru Pujan Diwas – Hari untuk menghormati , Memuja Orang Tua. Bukan saja di Bali, tetapi juga di beberapa kota lain. Di Jawa, di Tanah Sunda – gunakan cara dan tradisi yang berlaku untuk menghormati mereka.

Kembali pada tradisi sungkem!

Hormati mereka, layani mereka… maka, kelak anak-anak kalian akan menghormati kalian, melayani kalian.

Tidaklah Cukup Menyajikan Sesajen kepada mereka yang sudah tidak bersama kita. Jangan tunggu sampai orang tua kalian sudah wafat, sudah meninggal, sudah menjadi svargi – penghuni sorga.

Ubahlah dunia ini menjadi sorga, menjadi svarga, dengan melayani kedua orang tuan kalian yang, sesungguhnya, adalah wujud nyata akan kemuliaan Sang Hyang!

Bagi Orang Hindu, Sorga dan Neraka – dua-duanya ada disini. Setiap orang menerima ganjaran, pahala, atau hukuman atas perbuatannya sendiri. Kita semua mesti menerima konsekuensi dari perbuatan kita masing-masing.

Pilihan di Tangan Kita… Mau hidup di sorga sekarang dan saat ini juga, atau mau hidup di neraka!

Sorga adalah ketika kita saling menghormati, saling menyayangi. Dan, Neraka adalah ketika kita saling membenci… Jadilah pemilih yang bijak. Pilihlah Sorga, dan awalilah hidup Anda di sorga dengan terlebih dahulu menghormati dan melayani kedua orang tua Anda….

Penulis lebih dari 170 judul buku dan Pendiri Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB, www.anandashram.or.id, www.anandkrishna.org)