Sambutan Bapak Anand Krishna pada acara peresmian Anand Krishna Centre Denpasar

Sambutan Bapak Anand Krishna pada
Acara Peresmian Anand Krishna Centre Denpasar

 

 

Mengawali sambutannya, Bapak Anand Krishna mengungkapkan bahwa sejak setahun yang lalu Beliau sudah meminta Pak Ode yang saat itu ditunjuk sebagai Ketua Forum Kebangkitan Jiwa Bali untuk mengatur pertemuan dengan Bapak Made Mangku Pastika, tapi pertemuan tersebut tidak pernah dapat diwujudkan. Bahkan jauh hari sebelum Bapak Made Mangku Pastika menjabat sebagai Kapolda Bali, Beliau sudah menginginkan pertemuan itu. Dan akhirnya di hari yang penuh berkah dan indah ini, Keberadaan, Allah, Tao, Bapa di Surga, Sang Hyang Widhi, Tuhan berkehendak mewujudkan pertemuan ini yang bertepatan dengan peresmian Balai Latihan Anand Krishna Centre Denpasar.

 

Bapak Anand Krishna mengatakan bahwa jika ada satu orang saja di Bali seperti Bapak Made Mangku Pastika, maka Bali terselamatkan. Kita butuh keberanian, kita butuh kecerdasan tapi kita butuh pula kesadaran untuk menyelamatkan Bali. Tiga hal tersebut yang ada dalam diri Bapak Made Mangku Pastika. Yang dipilih oleh Krishna dalam Mahabharata adalah Arjuna, padahal Arjuna tidak pernah diperhitungkan oleh Duryodhana. Ketika dia berbicara di awal Bhagavad Gita kepada Bisma dan Drona, yang dibicarakan justru Bima karena dia berotot maka dianggap sebagai tandingannya. Arjuna dianggap tidak memiliki kemampuan sehingga tidak diperhitungkan. Sedangkan bagi Krishna, Arjuna adalah yang diperhitungkan, karena dia punya kecerdasan dan kesadaran, sedangkan Bima adalah otot tanpa kesadaran. Bima paling cepat kalau disuruh maju dan melawan, tapi dia tidak pernah bisa diam jika saatnya harus diam. Bapak Made Mangku Pastika bisa diam kalau saatnya dia harus diam, tapi akan bertindak jika saatnya harus bertindak. Oleh karena itu Bapak Anand Krishna mengatakan bahwa kita harus bersyukur kepada Sang Hyang Widhi karena masih ada putra bangsa seperti beliau. Bapak Anand Krishna berharap agar cahaya yang dipancarkan oleh Bapak Made Mangku Pastika tidak hanya menerangi Bali saja, tapi bahkan di tingkat nasional. Kita membutuhkan orang seperti Bapak Made Mangku Pastika untuk duduk sebagai Kapolri dan kita harus dapat membuktikan bahwa tidak ada masalah dengan mayoritas atau minoritas, karena jika kita berbicara tentang demokrasi, maka kita harus konsekwen dengan demokrasi itu sendiri.

 

Bapak Anand Krishna mengungkapkan bahwa Beliau tidak melihat sosok seorang polisi yang lebih konsekwen akan tugas dan jabatannya daripada Bapak Made Mangku Pastika, dan Beliau tidak bermaksud memuji begitu saja, melainkan karena Beliau mengikuti karier Bapak Made Mangku Pastika dari dulu. Bapak Made Mangku Pastika adalah sosok polisi harapan bangsa kita. Bapak Anand Krishna berdo’a dan mengajak audience untuk berdo’a bersama semoga bangsa kita dianugerahi orang-orang seperti Bapak Made Mangku Pastika sehingga kita terselamatkan dari kehancuran.

 

Bali masih sedikit lebih beruntung dibandingkan Jakarta dan daerah-daerah lainnya di Indonesia. Dimana sistem pendidikan yang salah telah meracuni anak-anak kecil mulai sejak usia 6 tahun dengan pemikiran-pemikiran bahwa teman-teman di sebelah mereka mempunyai agama yang berbeda sehingga mereka tidak boleh bermain bersama.

 

Dengan gaya humornya yang khas, Bapak Anand Krishna menyalahkan pendapat Mulla Nasrudin yang beranggapan bahwa satu-satunya tempat yang universal adalah toilet umum, dimana orang Islam, Kristen, Buddha, Hindu bisa kencing bersama. Karena beberapa hari yang lalu di harian Kompas dituliskan bahwa ada sekelompok orang menghendaki dibuatkan toilet khusus muslim di kawasan Pondok Indah.

 

Bung Karno pernah mentertawakan India dalam kunjungan beliau ke Negara tersebut pada tahun 30 an, karena di negara tersebut beliau menemukan ada beberapa warung yang bertuliskan “Warung Teh Hindu”.

 

Saat ini mungkin arwah beliau akan merintih jika melihat hal yang lebih buruk terjadi di negara kita. Kalau keadaan ini berlangsung terus, sangat disangsikan jika nantinya Negara Kesatuan Republik Indonesia masih akan bersatu. Sungguh sebuah rahmat dari Tuhan, jika pada kenyataannya sampai hari ini kita masih bersatu. Oleh karena itu Bapak Anand Krishna mengingatkan bahwa kita mempunyai tugas yang luar biasa. Anand Krishna Centre jangan dijadikan sebagai tempat pelarian. Meditasi bukan tempat pelarian. Jangan meniru Bapak Anand Krishna dari hal jubahnya. Beliau mengingatkan bahwa Bhagawad Gita diajarkan ditengah medan perang Kuruksetra oleh Krishna yang tidak mewakili sosok agamawan. Krishna hadir dalam sosok seorang yang benar-benar hidup di tengah masyarakat, seorang Man of The World, dia sedang membawakan Jaguar (Kereta Kencana).

 

Agama harus dapat diterjemahkan dalam kehidupan sehari-hari. Semua agama mengajarkan hal yang sama. Krishna mengatakan bahwa “Apapun jalan yang kau tempuh, nantinya kau akan bertemu denganKu”. Seorang Muhammad mengatakan bahwa “Jika tetanggamu tidur dalam perut kosong, sedangkan kau tidur dalam keadaan kenyang, maka kau belumlah seorang muslim” Isa mengatakan bahwa “Cintailah tetanggamu sebagaimana kau mencintai dirimu”

 

Selama ini kita lupa bahwa cinta adalah dasar. Ada seorang pemikir yang mengatakan bahwa perbedaan antaran agama Islam dan agama Kristen adalah kalau agama Kristen berbicara Kasih melulu dan Islam berbicara tentang Salam/Damai. Bapak Anand Krishna tidak sependapat dengan pemikir tersebut. Dalam akhir kitab Injil disebutkan bahwa The Greatest is Love, yang tertinggi adalah Kasih. Sedangkan pada awal kitab Al-Qur’an ayat pertama berbunyi “Bismillah Ar Rahman Ar Rahim”, dengan nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tidak ada perbedaan.

 

Bapak Anand Krishna mengajak untuk menggali kembali sejarah. Istilah Hindu tidak terdapat dalam kitab Negara Kertagama. Yang ada adalah ajaran Siwa dan ajaran Buddha. Nama Hindu dibawa oleh para pedagang Persia, bahkan agak distorted. Yang pertama disebut adalah Sindhu yang beasal dari kata Sind yaitu yang berarti sebagai nama sungai yang berawal dari Himalaya dan melewati Pakistan saat ini, dulunya India. Dan seluruh peradaban yang ada di balik sungai Sindhu disebut dengan Sind. Sampai-sampai Nabi Muhammad mengatakan bahwa kalau mencari ilmu sampai ke negeri Sind yang akhir-akhir ini disalahtafsirkan sebagai Cina, padahal bukan.

 

Harun Al Rasyid adalah seorang khalifah yang luar biasa. Pada jamannya beliau mengundang pemikir-pemikir Sind untuk membawa buku-buku dari India untuk diterjemahkan dalam bahasa Arab dan Persia. Buku-buku terjemahan tersebut dikumpulkan dalam sebuah bangunan yang disebut Bait Al Ilm (Rumah Pengetahuan). Beliau memberi upah para penerjemah kitab-kitab tersebut berupa emas seberat kitab-kitab yang diterjemahkannya.

 

Jadi semua peradaban yang ada dibalik sungai Sind itulah yang untuk selanjutnya dikenal sebagai budaya Sindhu atau Hindu. Budaya sebagaimana makna dua kata dasarnya yang bermakna pikiran dan rasa, jadi budaya dimaksudkan untuk mempertemukan antara pikiran dan rasa. Dan dalam bahasa Sanskrit budaya disebut juga sebagai sesuatu yang berkembang secara terus menerus. Mengambil contoh budaya tajen misalnya, dulunya tidak ada sarana hiburan, sehingga sabung ayam diciptakan untuk menjadi salah satu alternatif hiburan. Tetapi saat ini, dimana hiburan sudah tersedia dengan banyaknya, tentunya hiburan tajen sendiri sudah tidak sesuai lagi untuk dikembangkan.

 

Manusia selalu berusaha untuk mencari pembenaran, padahal kebenaran yang sejati itu tak satupun yang mengetahuinya. Dalam Yajur Veda dikatakan bahwa “akupun tidak tahu ada apa di balik langit yang tinggi itu”.

 

Jadi budaya yang berkembang di Indonesia sebenarnya adalah budaya Hindu, bukan agama Hindu. Di Bali pun dulunya tidak ada ajaran Hindu, yang ada adalah ajaran Siwa dan ajaran Buddha, yang nampak diabadikan sampai saat ini pada setiap upacara selalu ada pedanda Siwa dan pedanda Buddha. Empu Tantular yang mengatakan bahwa “ajaran Siwa dan ajaran Buddha menuju tujuan yang sama” tentunya jika beliau hidup di jaman ini akan menambahkan bahwa tidak hanya ajaran Siwa dan ajaran Buddha, melainkan juga ajaran Islam, Kristen dan Katolikpun mempunyai tujuan yang sama. Dari hal ini nampak bahwa sejak dulunya telah ada upaya-upaya untuk mengembangkan persatuan dari dan kesatuan bangsa. Nampak dari dulu sebenarnya kita hidup rukun.

 

Di bekas medan perang Kuruksetra akhir-akhir ini ditemukan sisa radioaktif, dan pada jaman itu disebutkan bahwa ada seorang Gatotkaca dari Svarna Dwipa (Jawa) yang membantu Pandava dalam perang Bharatayuda. Dari itu dapat dibuktikan bahwa bangsa kita sudah sejak dulunya mempunyai peradaban yang sangat tinggi. Bahkan 1000 tahun yang lalu banyak orang-orang dari India yang datang ke Jawa untuk belajar meditasi.

 

Menutup sambutannya malam itu, Bapak Anand Krishna mengungkapkan harapannya agar kita jangan pernah meninggalkan budaya, tapi pada saat yang sama budaya harus dapat melembutkan hati dan mencerdaskan pikiran, dua hal tersebut harus dapat seimbang, karena jika hanya mencerdaskan pikiran maka hanya dapat mengantarkan kita menjadi seorang cendekiawan saja, sedangkan kalau hanya dapat melembutkan hati hanya akan membuat kita menjadi seorang penyair. Bangsa ini membutuhkan orang-orang yang memiliki dua-duanya.

 

Terakhir, semoga Anand Krishna Centre Denpasar ini dapat menjadi wadah mengolah diri dalam melayani masyarakat.

 

(dituturkan oleh Fatin – Anand Krishna Centre Denpasar)