SATUKAN VISI KAWAN-KAWAN SEMUA!
Anand Krishna
Radar Bali, Senin 23 Juli 2007
Pertemuan antara 2 “Giants” kata orang asing, 2 Raksasa….. Memang ini hanyalah sebuah peribahasa dalam bahasa Inggeris. Adalah Pertemuan 2 “Besar” yang dimaksud. Pertemuan antara PDIP dan Golkar.
Ini bukanlah untuk pertama kalinya terjadi pertemuan seperti itu….. Kendati, kali ini yang diharapkan bukanlah sekedar pertemuan, tetapi persatuan!
Bagi mereka yang mengerti, dan memahami persoalan – pertemuan atau persatuan ini memang sudah saatnya terjadi. Demi keselamatan bangsa dan negara, pertemuan ini mutlak. Mereka yang berpikiran jernih dan memahami kebhinekaan sereta keberagaman bangsa ini, sudah semestinya bertemu!
Kita melihat sendiri, setiap terjadi peralihan kekuasaan dan seorang pemimpin lengser, meninggalkan istana – agenda-agenda lama selalu keluar kembali. Ada yang ingin menghidupkan kembali apa yang disebut Piagam Jakarta, ada pula yang menunjukkan sifat yang biasa dianggap kekiri-kirian.
Bangsa ini, sesungguhnya berlum bertemu-hati.
-
Masing-masing partai telah menjalin kerjasama dengan partai-partai lain dengan visi yang beda – walau kadang visi itu dipaksakan supaya tidak nampak beda.
Partai yang jelas-jelas memperkenalkan diri sebagai Partai Da’wah agama tertentu, entah itu Islam atau Katolik/Kristen – jelas memiliki visi yang beda. Biarlah mereka tumbuh dan beraliansi dengan partai-partai serupa.
Kita boleh bersilaturahim dengan siapa saja, tidak perlu bermusuhan dengan siapapun jua – tetapi kerjasama menuntut persatuan visi dan misi yang tidak dapat ditawar-menawar. -
Aliansi dengan partai-partai yang memiliki visi dan/atau misi yang beda – telah berakibat dengan adanya peraturan-peraturan daerah yang tidak sesuai dengan semangat kebhinekaan, yang telah menjadi motto bangsa dan negara ini. Peraturan-peraturan ini sudah saatnya ditarik kembali.
Kekuatan bersama PDIP dan Golkar dapat mendesak Menteri Dalam Negeri dan Menteri-Menteri lain untuk segera bertindak dan meniadakan peraturan-peraturan tersebut.
Kefasihan berbahasa Arab, Latin, Cina atau Sanskerta tidak dapat dijadikan tolok ukur bagi kenaikan pangkat atau promosi seorang pegawai negeri. Dress-code bagi anak-anak di sekolah tidak dapat dipaksakan dan disesuaikan dengan cara berpakaian yang “dikaitkan” dengan agama tertentu.
Ini yang secara langsung menyebabkan peradangan pada sendi persatuan bangsa kita. Masih banyak hal-hal lain yang mesti dipikirkan: -
Kerjasama dengan pihak-pihak asing – baik yang sudah terjalin maupun yang masih dalam perencanaan – ditinjau kembali. Termasuk perjanjianp-perjanjian yang telah kita buat. Kita harus dapat menjelaskan kepada mereka bahwa Keamanan, Kedaulatan serta Kepentingan Nasional kita berada diatas segalanya. Ya, diatas segalanya. Bahkan diatas Kepentingan Ekonomi.
Kita mesti percaya-diri, bahwasanya dengan sumber alam yang masih berlimpah – walau sudah banyak dijarah akibat kelalaian kita sendiri – dan sumber daya manusia, kita memiliki daya-tarik yang luar biasa. Semestinya, kita tidak punya persoalan ekonomi. Penderitaan kita disebabkan oleh mismanagement, yang celakanya, hingga hari ini pun masih terjadi. Ini yang harus diperbaiki. -
Tidak kalah penting adalah penentuan Calon Gubernur di setiap daerah dan Calon Presiden – baik PDIP maupun Golkar harus rela dan secara ijhlas, secara legowo, mendukung orang-orang yang memiliki potensi sebagai pemimpin, dan memiliki track-record yang jelas.
Mendukung Calon Independen yang kompeten akan meningkatkan polularitas partai, daripada memilih atau memajukan calon sendiri yang tidak kompeten.
PDIP, Golkar, sobatku, saudaraku, aku yakin kau mampu mendengar Sabda Alam. Aku yakin kau dapat membaca ayat-ayatNya. Aku yakin kau dapat melihat tanda-tandaNya. Semuanya jelas sudah….. Secara ikhlas dukunglah seorang pemimpin yang dapat melayani bangsa ini sebagaimana seorang ibu menyayangi putra-putrinya.