Temu Hati: Realisasi Nilai-Nilai Luhur Bhagavad Gita Menuju Ajeg Bali

Temu Hati bersama Anand Krishna:
“Realisasi Nilai-Nilai Luhur Bhagavad Gita Menuju Ajeg Bali”

(wacana Bapak Anand Krishna dalam temu hati ini secara lengkap telah dituangkan
ke dalam bentuk buku dengan judul BAGIMU IBU PERTIWI – Realisasi Nilai-Nilai Luhur
Bhagavad Gita Demi Kebangkitan Jiwa Indonesia)

 

 

Denpasar, 25 Maret 2005. Pembangunan dan kehancuran seperti dua sisi dalam satu keping mata uang. Setiap pembangunan diawali dengan kehancuran, dan di setiap kehancuran akan ada pembangunan. Semua kisah di dunia ada pembangunan (kebangkitan?) dan ada kehancuran. Setiap kisah berulang dengan jalan cerita yang sama. semua yang ada sekarang ini bisa hancur, tapi suatu saat akan bangkit lagi. Kisah kekisruhan di Indonesia hampir sama dengan cerita perang Kurusetra berabad-abad yang lalu. Semua kisah di dunia adalah sama dengan yang sekarang, termasuk dengan kisah lalu. Semua yang ada dalam masa sekarang ini bisa hancur. Indonesia sekarang berada dalam masa kehancuran. Indonesia yang kaya raya atas kekayaan alam, jatuh miskin bahkan mempunyai hutang luar negeri yang jumlahnya di luar kemampuan pembayaran. Indonesia yang dulu terjajah sampai sekarangpun masih menjadi bulan-bulanan Neo-Imperialisme. Kenapa? Karena mental kita mental terjajah, mental pengemis. Kurang uang sedikit, langsung minta hutang luar negeri. Ditekan sedikit langsung tunduk. Kita tidak pernah mengambil posisi tegas untuk diri sendiri, ini karena mental kita masih mental terjajah. Misalnya dalam masalah perdagangan. Perdagangan Indonesia dikacaukan dengan praktek dumping, perusahaan internasional yang buka cabang di Indonesia menjual produknya dengan harga murah, akhirnya kasian produsen dalam negeri dengan modal kecil harus bersaing dengan perusahaan besar itu.Kalau seandainya, kita mau memakai produksi dalam negeri, produsen ini akan bisa hidup. Populasi penduduk Indonesia adalah potensi yang besar sebagai pasar, seharusnya kita bisa menggunakan kekuatan ini untuk bargaing dengan negara lain. Tapi yang terjadi sekarang adalah Indonesia menjadi budak orang asing. Terjadi mismanagement dalam pemerintahan dan ini merupakan warisan dari pemerintahan sebelumnya. Kita lupa bahwa pembangunan juga akan membawa kehancuran. Tidak ada barang yang abadi, kita harus punya pengganti sebagai rencana lanjutan. Indonesia seharusnya menyadari bahwa momentum kehancuran ini adalah titik balik dari munculnya kebangkitan. Masalahnya Indonesia tidak sadar, Indonesia masih tidur. Sumber daya manusianya masih belum siap untuk mengisi pembangunan (kebangkitan) ini. begitu bangkrutnya Indonesia sampai-sampai harus diiklankan “Indonesia On Sale” oleh salah satu media asing di luar negeri.

 

Ada siklus atau bioritme dalam siklus kehancuran dan pembangunan. Bioritme Indonesia adalah 13 tahun. Ada banyak moment yang seharusnya membuat kita sadar. Seperti zaman reformasi kemarin. Tapi banyak yang tidak bisa menggunakan momentum itu, sebagi tonggak untuk “lahir” kembali. Kalau kita tidak bangkit kita akan susah sekali untuk bangkit. Kita tidak pernah berpikir kreatif, karena otak kita terbiasa mengemis. Seperti yang diceritakan dalam Bagavadgita, Arjunapun terbiasa susah. Krishnapun terbiasa gelisah. Beliau gelisah karena dia harus membela pihak yang tidak populer (minoritas – Pandawa), tidak berkuasa, dan tidak sepenuhnya baik (karena Pandawa kehilangan kekuasaannya di meja Judi). Tapi Krishna mengatakan dia membela Pandawa karena diantara yang jahat, Pandawalah yang terbaik). Di dalam hidup kita harus memilih. Untuk apa kitaberperang? Tujuan perang adalah untuk menegakkan kembali Dharma. Krishna berkata pembangunan dan kehancuran akan selalu terjadi. Meskipun tidak diperangi oleh Pandawa, Kurawa akan hancur sendiri karena sudah 13 tahun berkuasa. Sama seperti di Indonesia, kehancuran akan datang sendiri. Masalahnya, apakah kita akan menunggu kehancuran itu, atau menciptakan momentum tersendiri untuk kehancuran itu? Menghancurkan dengan kesadaran, yang harus dipersiapkan dalam pembangunan. Tapi parahnya, sumber daya manusia kita belum berkualitas. Masih terpenjara dalam identitas dan kerangka berpikir yang sempit. Seperti Muhammadpun berkata bahwa perang yang paling besar adalah perang melawan nafsumu. Ini adalah perang jihad yang paling besar. Jihad digunakan bukan untuk perang tapi mendekati diri dengan Tuhan. namun, dewasa ini banyak saudara-saudara kita yang salah kaprah. Bahwa perang jihad adalah untuk membunuh sesama manusia atas nama Tuhan. bibit-bibit kebencian justru ditanamkan oleh orang-orang yang sok tau tentang agama, sehingga meracuni orang yang membom Bali tahun 2002 untuk membunuh saudara-saudara yang lain.

 

Kehancuran yang terjadi sekarang adalah kehancuran dimana energi kita ikut mendukung kehancuran itu. Ini sama seperti di dalam perang Bhrata, dimana Arjuna menyerah dan putus asa. Arjuna berdalih, untuk apa berperang? Bukankah mereka saudara-nya sendiri?. itu hanya alasan Arjuna untuk menghindar. Krishna tahu itu. Krishna tahu bahwa Arjuna takut karena kekuatan Kurawa lebih besar dan dia takut mati konyol.Penyakit Arjuna, pengecut. Dia takut tapi tidak dibeberkan dia menghindar.seorang pengecut akan selalu mencari pembenaran untuk menutupi ketakutannya.Indonesia lucu, presiden bukan berasal dari partai pemenang pemilu. Kalau dinegara lain pemerintahannya sudah hancur. Alhasil . kemudian kelimpungan untuk mencari dukungan dari partai lain melalui permainan kolusi. Sama halnya dengan Indonesia. Pemerintah lebih baik menyerah kepada kekuatan asing atau teroris daripada mati kelaparan atau mati konyol. Penderitaan harus diperangi, harus dikalahkan. Kita harus bangkit dan melihat kenyataan hidup. kembali melihat ke dalam diri sendiri, karena semuanya ada dalam diri sendiri. Penderitaan bisa menjadi biasa karena kita biasakan. Tapi jangan dibiasakan, kita harus lawan. Indonesia lagi bingung. Ditengah kebingungan ini, pemerintah (DPR?) malah berebut kursi bukannya mencari jawaban atas kebingungan ini. hasilnya malah tambah bingung. Kebingungan harus mencapai puncak, jangan dicari solusi dulu karena hasilnya tidak maksimal. Hasilnya adalah solusi jangka pendek. Seperti misalnya kebanyak impor barang2 luar negeri. Kenapa kita tidak mulai mencintai produksi dalam negeri. Padahal produk luar belum tentu sehat. Tirulah ajaran Mahatma Gandhi, Swadeshi. Kalau bisa hancurkan, hancurkan dulu sebelum kehancuran itu muncul. Karena dengan menghancurkan secara sadar, hasilnya akan beda dengan menghancurkan dengan tidak sadar. Ajeg bali, seharusnya mengantarkan manusia Bali kembali kepada nilai-nilai dasar dan harus mengimprovisasi dari kekurangan dan kebaikan dari Ajeg Bali tersebut. Kita harus beradaptasi dengan zaman sekarang, tapi juga diselaraskan dengan budaya kita. Misalnya, apakah kita harus melafalkan veda dalam bahasa sanskrit?. Tidak harus. Semuanya harus diadaptasikan dengan kebudayaan sendiri. Berupaya dulu, dengan mencari jalan keluar yang terbaik. Jangan takut dengan kehancuran. Contohnya Jepang, Jerman, menjadi bisa menjadi negara penguasa meskipun telah mengalami kehancuran akibat kalah perang dalam Perang Dunia II

 

Tanya:

Kalau saya tidak salah baca, Bagawadgita diberikan oleh Krishna kepada Arjuna pada saat dikereta dan pada saat pertempuran. Apakah semua ajaran bagawadgita diberikan di atas kereta?.mengingat bahwa ada beberapa ajarannya pernah diberikan dibawah pohon (salah saya tidak salah ingat juga). yang kedua, apakah Mahabaratha itu hikayat? Karena kalau itu hikayat berarti bisa diragukan kebenaran ceritanya. Ketiga, apakah pemerintah bisa melaksanakan swadesi, terus apakah tidak bertentangan dengan zaman globalisasi yang menuntut penyatuan dunia? (I Dewa Gde Oka, Ketapian Denpasar)

 

Jawab:

Masih ada sisa alat perang di medan Kurusetra. Pada waktu itu ada perang nuklir. Dan salah satu orang pahlawan gatot kaca dari swaradwipa dan mempunyai strategi perang tertentu. Sebenarnya, tidak ada istilah Hindu. Yang mempopulerkan hindu adalah sejarawan Arab, dia menulis tentang buku yang menulis tentang negara-negara (masyarakat) yang hidup di Sungai Sindhu dan dituliskannya sebagai Peradaban Sindhu (the Sindhu Civilization) yang kemudian disebut dengan peradaban Hindu, bukan agama Hindu.Dituliskan dalam bukunya, bahwa batas dari peradaban Hindu adalah Astraleh. Astraleh (Australia?. mungkin) adalah gudangnya senjata Rahwana. Ini menunjukkan bahwa kita berasal dari wilayah peradaban yang sama yaitu hindu, bukan agama. Jadi agama Hindu tidak pernah datang ke Indonesia. Salah kalau sejarawan menulis begitu. Kita merupakan wilayah dari peradaban Hindu, terus dari mana logikanya kalau Hindu itu dibilang pendatang?. Kita semua berbudaya Hindu, meskipun dari latar belakang agama yang berbeda. Misalnya anda Islam. Anda adalah Islam yang berbudaya Hindu, Katolik yang berbudaya Hindu, atau Budha yang berbudaya Hindu. Entah anda mau terima kenyataan itu atau tidak?. Kita kerap lupa budaya sendiri, sampai kemudian ada orang lain yang mengklaim itu budaya mereka barulah kita keteteran untuk melihat ke belakang. Seperti misalnya Ila Galigo, yang dipertunjukkan di Singapura, kita baru sadar kalau itu merupakan bagian dari peradaban Sulawesi, Indigenous!. Dahulu bahkan ada seorang India yang belajar Meditasi ke swarnadwipa (sumatera), dan meditasi ini dikembangkan di India. malah sekarang meditasi ini menjadi wajib untuk pendeta Tibet. Namanya Meditasi Tong Len artinya terima kasih. Apa yang diterima, ambil kebencian dari dunia dan kau olah di dirimu dan menjadi kasih. Saya baru sadar ketika bertemu dengan Dalai Lama, dan beliau berkata, “Tahukah kamu kalau meditasi ini sebenarnya berasal dari negaramu?”. Sama seperti pahlawan Gatot Kaca, tentu dari Indonesia, mana ada orang India yang bernama Gatot. Beliau ahli perang, yang orang Indiapun tidak tahu tentang strategi perang itu. Maka seharusnya, berbanggalah kita menjadi orang Indonesia. Tentang Globalisasi. Ada satu kawasan, dimana kita semua bersatu. Kalau membayangkan kita semua pulau-pulau kecil, tidak ada yang menyatukan kita. namun ketika kita membayangkan bahwa kita adalah air yang bisa menyatukan pulau-pulau tersebut maka itulah globalisasi. tapi globalisasi sebenarnya konsep yang bagus asal tidak ada muatan politik, yang terjadi sekarang adalah globalisasi yang timpang. Si kuat menindas yang lemah. Untuk menghindari ini, akhirnya kita harus bersikap defensif. Harus mulai menguatkan didalam dulu sebelum keluar, kalau tidak kita tidak pernah punya sikap dan terbawa dalam permainan negara yang lebih kuat.

 

Tanya:

Perkembangan lingkungan terutama media membawa pengaruh jelek terhadap sikap dan kepribadian generasi muda. apa yang harus dilakukan? (Ida Ayu Sasih, Denpasar)

Jawab.

Sama seperti yang saya tekankan pada pertanyaan tentang pertanyaan pertama tadi. Kita harus punya sikap. Sikap ini harus dibentuk dengan nilai-nilai luhur yang terkandung dalam budaya sendiri. nah Ajeg Bali disini berperan untuk menjadi landasan manusia Bali dalam berperilaku. Saat ini manusia bali tidak bisa berbuat tegas. Bali selalu tunduk dibawah hegemoni kekuatan luar baik asing maupun dari domestik sendiri. padahal kalau mau, Bali bisa membuat bargaining dengan kekuatan-kekuatan tersebut karena Bali punya kekuatan sendiri. Bali mempunyai reputasi internasional karena eksotik, seolah-olah semua orang di dunia merasa memiliki Bali. sehingga kalau ada yang berniat menghancurkan Indonesia maka sangat mudah jika mereka menghancurkan Bali. Indonesia sendiri juga mempunyai posisi dan kekuatan yang sangat strategis. Karena potensinya inilah, negara adikuasa dan adidaya Amerika Serikat sangat khawatir apabila ada kebangkitan di negara ini. Saya bukan orang yang anti Amerika (orangnya), tapi saya tidak setuju dengan kebijakan luar negerinya. Jangan lupa kita terlibat dalam permainan politik global. Hidup kita dipertaruhkan disini. Parahnya di Indonesia adalah ketika kita harus mengantisipasi ini dengan semangat persatuan dan kesatuan, pikiran beberapa saudara-saudara kita justru semakin mengkerdil. Indonesia ingin dijalankan sesuai dengan syariat Islam-lah, ini lah itu lah. Padahal kalau kita mau bandingkan dengan negara lain, taruhlah Iran. Kita jauh mundur kebelakang. Iran sekarang mulai menghargai wanitanya, mereka diberi hak berpolitik, hak sosial. Bahkan mereka sekarang sudah diberikan hak untuk memperoleh passport dimana pada zaman dulu, jangan berharap bisa. Bepergian keluar rumah saja harus dikawal oleh suami atau saudara laki-lakinya. Kok aneh, malah kita ingin mundur kembali kemasa itu. Indonesia itu aneh. Pembangunan seharusnya berjalan maju, ini malah mundur.

 

Untuk mengubah perilaku, kita harus mencari seorang tokoh. Kita karus menemukan DNA yang paling bagus uintuk menjadi tokoh. Kasus ini bisa jadi contoh. Ada disebuah tempat di Jepang, yang dijadikan percobaan. Dari 300 monyet, 1 monyet diajari mencucu kacang dulu sebelum memakannya. Sampai akhirnya dia bisa dan kemudian dikembalikan ke habitatnya. Ajaibnya, ke 300 monyet di dalam komunitasnya meniru mencuci kacang dulu sebelum memakannya setelah beberapa waktu kemudian. Dan bagusnya lagi, tidak lama komunitas monyet lainnya ikut-ikutan melakukan itu. Monyet saja bisa begitu, masak kita dikalahkan oleh monyet.

 

Kembali lagi ke Bali. Bali harus menghancurkan dirinya dulu sebelum kehancuran itu datang. tapi sebelumnya, karakter manusia Bali harus dibentuk dulu sehingga siap menghadapi kehancuran (atau malah harus menciptakan momen kehancuran) dengan sendirinya manusia Bali juga akan siap mengawali pembangunan itu dengan kesadaran yang tinggi. Sekali lagi Ajeg Bali sangat penting untuk menjaga proses ini dan menjadi landasan pijak dan landasan hidup manusia Bali.

 

Tanya:

Mengapa stress itu tidak penting? Mengapa negara kita tidak bisa menghilangkan stress, mengapa negara lain bisa?. Iswanara, pradanas prajanas? (Tentram Wisnawa, Denpasar)

Jawab:

Stress itu sangat penting. stress selalu dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas diri. kita bisa introspeksi diri ketika kita sedang stress bahkan stress bisa membuat orang lebih kreatif sehingga tidak jarang bisa menghasilkan maha karya dalam kondisi stress. Sama seperti saya, sebagian besar buku-buku itu saya tulis ketika saya sedang stress. Otak saya lebih kreatif memeras kata ketika sedang stress. Jadi jangan takut stress, bersyukurlah kalau anda bisa stress. Jadi proses kreatif anda masih tetap jalan. Namun jangan terlena olehstress, stress harus dikalahkan. Biarkan stress memuncak, sehingga kita dapat menghasilkan solusi terbaik. Bagimana mengelola stress itu yang baik. jangan menghindarinya, tapi hadapi dia. Mulailah dari diri sendiri. mungkin seseorang butuh motivator untuk memberikan suntikan semangat, butuh motivasi dari luar biar menang. Apabila perusahaan sudah memerlukan jasa seorang motivator untuk memotivasi kinerja karyawannya berarti perusahaan itu sudah jeblok, karena dia tidak bisa membangkitkan motivasi karyawannya secara internal. Karyawan yang bekerja jika dia dimotivasi, dia tidak akan pernah berhasil. Motivasi itu harus datang dari diri sendiri. Datanglah kepada diri sendiri. kunjungilah dirimu!. Mulailah dengan meditasi. Meditasi adalah proses belajar untuk mengenal diri sendiri. ketika kamu sudah mengenalnya, kamu akan tahu mau apa, kemana dan kamu tahu kemampuanmu sendiri.

 

Bekerjalah sesuai dengan kemampuan. Seorang pemikir (Brahmana) jangan mencoba menjadi seorang eksekutor (ksatria), tetaplah menjadi seorang pemimpin. Itu sebabnya saya tidak setuju kalau Soekarno, dan Gus Dur menjadi presiden. Karena mereka adalah seorang pemikir (Brahmana). Mereka bisa memikirkan puluhan tahun kedepan, tapi mereka akan keteteran kalau diserahi tugas … berapa harga minyak, beras dan lainnya. sama juga seperti, jangan sampai seorang pedagang (Waisya) diserahi tugas sebagai eksekutor (Ksatria) karena dia akan selalu melibatkan perihal ekonomi (inilah kemudian yang menjadi bibit korupsi di Indonesia, Indonesia salah management. Tidak menempatkan orang yang benar pada posisi yang benar). Pedagang (Waisya) pada posisi Pemikir (Brahmana) karena yang terjadi adalah politik dagang. Alhasil, pendidikanpun sampai diperdagangkan. Sekali lagi, bekerjalah sesuai dengan kemampuan. Bekerja, jangan memikirkan hasil, karena kalau memikirkan hasil banyak energi yang terbuang percuma untuk memikirkan itu. Bekerjalah dengan efisien. Bekerjalah sesuai dengan kemampuan kita sendiri. dan minta sesuai dengan kebutuhan. Kalau tidak maka susunannya kacau jadi tidak harmonis. Indonesia dalam keadaan stress. Persatuan dan Kesatuan kita terancam pecah. Saya mengajak semuanya, hancurkan semua hal yang tidak menyatukan kita. kita harus bangkit, bersatu padu. Mari kita masuki masa kehancuran Indonesia dengan kesadaran tinggi, sehingga kita bisa berperan ketika menghadapi masa pembangunan nantinya. Jangan takut akan kehancuran, karena disana sudah pasti akan ada pembangunan. Siklus itu masih tetap akan ada. Indonesia sekarang ini sudah digambarkan dalam perang Bharata. Semuanya ada siklusnya. Mari bersatu untuk menghadapi itu.

 

Bali harus bangkit. Bali harus bisa menjadi dirinya sendiri. jalan lupakan jati diri, karena itu pijakan manusia Bali. Saya senang sekali bisa berjumpa dengan saudara-saudara di Bali. sebenarnya saya datang ke Bali ini diundang pada sebuah acara, di Taspen. Namun, sesungguhnya, pertemuan inilah yang paling saya nantikan. Saya menunggu pertemuan-pertemuan seperti ini. sekarang waktu saya, untuk berbicara. Saya sudah katakan. Kalau nanti saya tidak sempat berbicara. Setidaknya hal yang saya ingin sampaikan sudah dikatakan. Semoga ini bisa menjadi bekal buat saudara-saudara semua. Ingat kita ini bersaudara. Jalan manapun yang kita tempuh, kita tetap bersaudara. Jangan katakan anda beragama Hindu, jika anda tidak bisa mencintai Muhammad, Yesus dan lainnya. Jalan manapun yang anda tempuh, jika anda tidak bisa mencintai Muhammad, Yesus,.. Anda belum menuju-Nya.

 

Demikian saudara, semoga bisa bertemu pada pertemuan yang berikutnya. Terakhir marilah kita rayakan kehidupan ini dan bersemangat untuk menempuh hari kedepan dengan menari dan menyanyi, lalu kita tutup acara ini dengan doa bersama.
Semoga kita selalu mendapat berkahnya. Om Shanti-Shanti-Shanti. Amin.

(laporan pandangan mata Parama Dewi)