MENJAGA MARTABAT BANGSA, 14 Januari 2008

MENJAGA MARTABAT BANGSA

Anand Krishna
Radar Bali, Senin 14 Januari 2008

 

Beberapa waktu yang lalu, Aliansi Kebangsaan untuk Kebebasan Beragama dan Berkeyakinan (AKKBB) mengadakan Aksi Damai secara serentak di Jakarta dan beberapa kota di luar Jakarta, termasuk di Bali.

Kenapa Bali?
Seorang teman mengomentari aksi itu, “Di Bali, Kebebasan untuk Beragama sudah terjadi. Tak seorang pun melarang orang lain untuk beragama sesuai dengan kepercayaannya.”

Justru karena itu.
Pengalaman Bali mesti di masyarakatkan ke seluruh pelosok Nusantara, ke seluruh Indonesia. Bila Bali mampu menjamin kebebasan seperti itu, mengapa daerah lain tidak mampu?

Pun, sesungguhnya Aksi Damai itu bukan untuk menuntut sesuatu. Baik di Jakarta, di Bali, maupun di daerah lain – Aksi Damai itu sekedar untuk mengingatkan Pemerintah dan kita semua akan Komitmen kita terhadap Keberagaman, Kebhinekaan dan Tekad kita untuk selalu Memperhatikan Benang merah Kebudayaan yang Mempersatukan seluruh bangsa ini.

Salah seorang Founding Father kita, Bung Karno, pernah mengatakan bahwa Republik kita bukanlah sebuah negara bagi golongan masyarakat atau suku tertentu…. Bahwasanya negeri ini adalah milik bersama setiap orang yang menjadi Warga Negara Indonesia.

Sebab itu, adalah kewajiban setiap anak bangsa untuk:

  • Menjaga Martabat Bangsa supaya tidak kehilangan muka di hadapan bangsa-bangsa lain;
  • Menjunjung Tinggi Konstitusi yang Menjamin Kebebasan untuk Beragama dan Berkepercayaan sesuai dengan Keyakinan Masing-Masing sebagaimana dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 28-E Ayat 1 & 2, dan Pasal 29 Ayat 2) dan beberapa Undang-Undang lainnya (UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 12 Tahun 2005 Pasal 18 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik);
  • Menaruh Rasa Apresiasi yang Sebesar-Besarnya terhadap Perbedaan, sekaligus Menyadari Adanya Benang Merah Budaya yang Mempersatukan Seluruh Anak Bangsa dengan Beragam Latar Belakang – karena BHINNEKA TUNGGAL IKA dan PANCASILA adalah landasan kita Bernegara;
  • Memperjuangkan Keamanan, Keadilan dan Kesejahteraan bagi Sesama Anak Bangsa; dan yang terakhir,
  • Menjaga Nama Baik Pemerintah dan Para Pemimpin Bangsa supaya TIDAK TERCEMAR oleh Ulah Sesama Anak Bangsa sendiri.

Maka, Atas Nama Ruh dan Semangat Para Founding Fathers Bangsa ini, para Pahlawan yang telah berkorban demi kesatuan wilayah dan persatuan bangsa, para prajurit yang telah gugur di medan pertempuran untuk memperjuangkan dan mempertahankan Kemerdekaan Republik ini – saya mengajak seluruh bangsa untuk

Berjuang Bersama supaya

  • Iklim Demokrasi yang telah dibangun oleh Yang Mulia Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Yang Mulia Wakil Presiden Jusuf Kalla dengan seluruh jajarannya TIDAK TERGANGGU oleh Badai Fanatisme, Kelompokisme dan sebagainya;
  • Citra Pro-HAM yang dengan susah payah telah diperbaiki, dan upaya Kejakasaan Agung RI sendiri untuk meyakinkan dunia internasional akan kesungguhan kita dalam hal tersebut, TIDAK TERCORENG oleh keputusan-keputusan yang didesakkan, ataupun kepentingan politik sesaat;
  • Bangsa ini TIDAK TERPECAH-BELAH karena kesadaran kita merosot dan komitmen kita pada BHINNEKA TUNGGAL IKA mengendur.

Saya juga sadar sesadar-sadarnya bahwa:

  • Saat ini kita sebagai bangsa telah disandera oleh kekuatan-kekuatan ekonomi yang memang menginginkan perpecahan kita, karena hal itu memang akan menguntungkan mereka;
  • Beberapa anak bangsa yang berada dalam posisi penting baik dalam pemerintahan maupun instansi/insitusi swasta lainnya – telah menjadi korban konspirasi yang dilakukan oleh kekuatan-kekuatan tersebut. Dan, ulah mereka dapat menyebabkan Distegrasi Bangsa.

Maka,

Kita MESTI Bersatu……

Adalah sungguh sangat naif dan hanya membuang waktu bila demi kepentingan politik sesaat kita membiarkan jiwa kita disandera oleh kekuatan-kekuatan yang sudah jelas tak akan berkuasa untuk selamanya.

Kita bertanggung-jawab terhadap anak-cucu kita….. Langkah apa pun yang kita ambil saat ini, akan dicatat oleh sejarah dan generasi mendatang kelak akan menilai kita…..

Kebangkitan kita TAK DAPAT lagi DITUNDA….. Dan, saat untuk bangkit adalah “Saat Ini”…. Bila Saat Ini terlewatkan, maka Perpecahan Bangsa sudah di depan mata. Sebab itu, janganlah membiarkan “Saat Ini” terlewatkan.

Saat ini menjadi sangat penting karena saat ini Konstitusi kita sedang diserang. Saat ini Dasar kita Bernegara sedang ditantang. Celakanya, adalah sesama anak bangsa pula yang menjadi penyerang dan penantang.

Maka, lumrahlah bila Kepala Negara pun bingung.
Kubu mana yang mesti didengarnya….. Duad-duanya sesama anak bangsa. Padahal, bila kita mau merenung sebentar saja – maka kebingungan kita pasti sirna. Kita sudah memiliki “pegangan” yang sangat kuat – yaitu Konstitusi kita, Undang-Undang Dasar 1945.

Tinggal dicocok-cocokan saja.
Mana yang cocok dengan Dasar kita bernegara itu, dan mana yang tidak cocok. Kebebasan beragama dan berkeyakinan yang cocok, atau sebaliknya.

Sekali lagi, janganlah bingung wahai Satria, kau ditakdirkan untuk memimpin bangsa yang besar. Buktikanlah kebesaranmu sendiri, saudaraku…… Sekali lagi, biarlah jiwa kita berseru bersama:

INDONESIA JAYA!