Anand Krishna Menghadiri Undangan ISEAS (Intitute of Southeast Asian Studies) Singapore

Anand Krishna Menghadiri Undangan ISEAS (Intitute of Southeast Asian Studies) Singapore

17-18 Desember 2007

 

 

Singapore pulau kecil yang ”besar”, dengan bandaranya yang tertata rapi, mencerminkan dispilin yang tinggi dari manusia yang tingal dan menetap disana. Kesan pertama di bandara Changi begitu menggoda. Selanjutanya, decak kagum terlontar begitu melihat tata kota yang apik dan indah, dengan pohon-pohon besar yang mengelilingi setiap bangunan beton disana. Oooo…Singapore, Sang Singa yang berotak kancil, begitu indah dan asri.

 

Guruji Anand Krishna hadir di Singapore atas undangan dari ISEAS (Intitute of Southeast Asian Studies) yang diprakarsai oleh Ambassador Kesavapany untuk berdialog dengan tokoh dan komponen masyarakat lintas agama disana. Mesjid Ba’alwie adalah tempat pertama yang beliau kunjungi setelah mendarat di bandara Changi Singapore.

 

Ruang pertemuan pagi itu di Mesjid Ba’alwie tidaklah terlalu besar. Kami duduk lesehan diatas permadani dan bantalan tempat duduk. Suguhan teh khas timur tengah dan jabatan tangan yang hangat dari tuan rumah menyapa kami satu persatu. Awalnya ada rasa khawatir di hati ini setiap melihat orang berjengot dengan pakain putih-putih, karena terbayang sosok yang keras, alot dan angkuh yang sering kita jumpai di negeri tercinta. Habib Hasan, muslim kharismatik, beliau adalah ketua mesjid Ba’alwie. Sosok yang penuh dengan kesopanan, kesederhananan dan keramahan jauh dari gambaran yang saya khawatirkan. Satu persatu kami semua yang mendapat berkah ikut serta bersama Guruji terkasih dapat merasakan suasana ceria dan penuh rasa persaudaraan dari beliau di mesjid Ba’alwie.

 

Pertemuan Interfaith Community diadakan disebuah ruangan di lokasi mesjid Ba’alwie, bukan di hotel, bukan ditempat lain seperti yang biasa dilakukan oleh pemuka-pemuka agama kita. Hadir Mufty Singapore beserta tokoh-tokoh dari berbagai agama yang ada di Singapore, dan Guruji Anand Krishna yang menjadi center dialog pagi itu. Hal amazing yang kami lihat dan dengar dalam pertemuan tersebut adalah keterbukaan hati dari masing-masing tokoh agama untuk saling berdialog dan saling mengapresiasi. Setelah Guruji Anand Krishna menyampaikan beberapa hal tentang perkembangan budaya hindu di tanah air terutama di Bali, mereka bertanya dengan penuh rasa ingin tahu dan menyampaikan pemahaman mereka tentang hindu, tentang Bali, Mahabharata, Ramayana dsb. Mereka mendengarkan dengan seksama dan mengapresiasi perbedaan jika ada dalam penjelasan yang disampaikan oleh Guruji dengan keterbukaan hati.

Dialog terus berlanjut seiring dengan kedatangan tokoh-tokoh penting lainnya, termasuk seorang Menteri di Parlemen dari Sri Lanka. Para tokoh agama lainnya saling berdialog menyampaikan pemahaman mereka tentang perkembangan agama-agama di dunia bukan hanya agama yang mereka anut saat ini. Saat Guruji menyampaikan dan memberikan buku karya beliau, 3 buah buku apresiasi tentang Islam, mereka sangat menaruh rasa hormat dan bergilir mencermati buku beliau dengan antusias.

 

Tepat pukul 12.00 waktu setempat, suara azan mulai terdengar berkumandang. Dialog dihentikan sejenak untuk memberi kesempatan pada saudara muslim yang hadir untuk menunaikan sholat lohor. Kesempatan itu dipakai oleh wartawan berita harian untuk mewawancarai Guruji, yang keesokan harinya termuat dengan foto beliau dihalaman utama surat kabar tersebut.

 

Setelah selesai sholat, kami dijamu makan siang bersama tamu-tamu yang hadir dalam acara tersebut. Makanan khas Timur tengah dengan berbagai hidangan kare dan nasi kebuli, serta kehangatan mereka menjamu dengan mata berbinar dan rasa ingin tahu sungguh membuat suasana menjadi hangat dan bersahabat. Dan setelah makan kami diajak untuk melihat koleksi Al’Quran dan buku-buku kuno dari Masjid tersebut disusun sangat rapi dan indah. Satu persatu Guruji dan teman-teman memperhatikan koleksi Masjid tersebut. Sangat indah, dan yang menjadikannya berkesan adalah, diantara beberapa buku-buku kuno tersebut terdapat beberapa buku Bung Karno yaitu Di Bawah Bendera Revolusi dan lainnya. Juga terdapat Al’Quran yang ditulis dengan bahasa Jawa kuno dengan huruf Kawi. Indah sekali.

 

Setelah melepas lelah sejenak di hotel tempat menginap, Hindu Endowments Board adalah kunjungan berikutnya. Temple ini sangat indah dan bersih. Hujan cukup deras dan udara sangat dingin saat kami berada diaula pertemuan. Pengurus temple menyambut kami dengan penuh kehangatan, dan tidak ada satupun dari kami yang tidak disapa dan diajak berdialog, sambil memperkenalkan temple mereka dengan penuh semangat dan memberikan penjelasan secara detailnya.

 

Dihadapan para undangan kembali Guruji Anand Krishna menyampaikan beberapa hal tentang budaya nusantara dan kearifannya, dan juga tentang konflik agama yang kerap terjadi saat ini di Indonesia karena pemerintah memberi ruang bagi perkembangan kelompok-kelompok radikal. Acara berlanjut dengan sesi sharing dan tanya jawab. Di akhir acara Guruji mempersembahkan patung Durga kepada Ambasador, Bapak Kesavapani, dan ketua temple. Dan, kami pun mendapat bikisan cendramata dari ketua temple tersebut. Jamuan makan malam khas India menyapa dan menutup rangkaian kunjungan hari itu.

 

Selasa 18 Desember 2007 pagi, hujan lebat kembali turun mengguyur dalam perjalanan menuju The New Loyang Tua Peh Kong Temple yang berjarak tempuh 35 menit dari tempat kami menginap. Setelah mengikuti rangkaian upacara penyambutan, kami diajak melihat-lihat keindahan temple. Ketua temple selaku tuan rumah dengan ramah dan penuh semangat menjelaskan secara rinci ornamen di setiap relung bangunan temple tersebut. Arsip-arsip kegiatan yang mereka lakukakan tertata rapi terpajang di dinding dengan bingkai yang sangat kreatif, mengudang decak kagum kami. Disebuah ruang pertemuan yang bersih dan rapi dilantai atas, kami dijamu dengan makanan kecil dan minuman. Setumpuk foto-foto kegiatan diperlihatkan kepada Guruji sambil tak lupa pula mereka memberikan penjelasan tentang segala sesuatu yang telah dilakukan. Di akhir pertemuan kembali satu persatu dari kami mendapat bingkisan berikut dengan segala brohsure informasi tentang temple mereka.

 

Nyam…nyam…nyam, saatnya makan siang, kami dijamu di restoran yang super ramai, restoran yang biasa dipakai untuk menjamu penjabat-penjabat penting negara… Nah kebayang kan enaknya,…..kare…kare ne…lezaaat. Nama restorannya pun sangat mengetarkan hati… Gayatri Restaurant.

 

Kunjungan berlanjut, kami tiba di kantor ISEAS, ditempat ini Guruji akan memberikan wawasan dan pandangan beliau dalam topik Interfaith Dialogue yang akan dihadiri oleh profesor dan para petinggi ISEAS. Karena kami tiba lebih awal, Bapak Nasir Tamara mengajak kami untuk melihat perpustakaan disana. WOW…wow…keren man… perpustakaan dengan koleksi hampir sekitar 60 ribu buku tersusun rapi dan bersih. Kalau mau mencari buku yang kita inginkan tidak lah susah..semuanya tersusun rapi dengan petunjuk yang jelas. 60 ribu buku dengan ruangan yang sangat luas di jaga dan diatur oleh 14 pegawai. Effisien dan sangat efektif ya,…seorang ibu separuh baya yang menjadi kepala perpustakaan begitu hangat dan bersahabat menjelaskan segala sesuatu tentang perpustakaan yang dikelolanya. Guruji sempat mengguyoninya sehingga kami semua tertawa cekikikan. Dari perpustakaan kami sempat mampir ke toko buku yang ada disana, walaupun tokonya agak kecil tetapi buku-buku yang dijual memiliki kualitas yang baik. Sempat berbincang-bincang dengan ketua pegelola toko tersebut Guruji memberikan beberapa buku beliau dan diterima dengan sangat antusias olehnya.

 

Tepat pukul 15.00 aula pertemuan sudah dipadati oleh para undangan, diantaranya para profesor, peneliti dan mahasiswa. Bapak Nasir Tamara selaku moderator memberikan sedikit penjelasan latar belakang dialog ini dan memperkenalkan Bapak Anand Krishna kepada undangan. Tak sampai lima menit, beliau lalu mempersilahkan Bapak Anand Krishna untuk memulai wacananya.

 

Guruji Anand Krishna kembali menjelaskan situasi yang berkembang saat ini di Indonesia dan dampaknya bagi perkembangan di Singapore dan Malaysia. Beliau mengatakan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami sesuatu yang sangat serius terutama dalam bidang budaya. Saat ini bangsa Indonesia, di akar rumput, sedang mengarah kepada perpecahan. Hal ini dapat dilihat dengan banyak permasalahan akar rumput yang tidak disikapi dengan serius terutama mengenai apresiasi setiap masyarakat dengan masyarakat yang berbeda agama. Di sekolah-sekolah telah terjadi pengkotak-kotakan agama. Di salah satu kabupaten, setiap murid diwajibkan mengenakan jilbab dan bagi yang tidak mengenakan didenda 5000 rupiah setiap harinya. Apabila ini dibiarkan saja akan sangat berbahaya bagi kelangsungan bangsa Indonesia. Dan apabila terjadi sesuatu dengan bangsa Indonesia maka negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia akan terkena dampaknya. Apalagi sebagian besar warga Indonesia bekerja di Singapore bahkan di bagian-bagian private rumah tangga. Saat ini mau tidak mau kita semua berupaya untuk membangkitkan kembali semangat interfaith dan harmony di Asia Tenggara.

 

Mengapa ini menjadi issue yang sangat penting saat ini? Hal ini karena ketika kecil Bapak Anand Krishna melihat kehidupan di Solo, dimana beliau dilahirkan, agama tidak menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia. Mereka bisa hidup berdampingan dengan tidak mempermasalahkan agama sama sekali. Saat itu terjadi interfaith religion harmony, tetapi bukan karena hukum. Tetapi interfaith harmony oleh hati. Tetapi kemudian, saat Bapak Anand Krishna kembali dari India setelah beliau menyelesaikan sekolah di sana, maka apa yang dirasakan saat masa kecil tidak nampak kembali. Semua berbicara atas nama agama dan secara pelan dan pasti terjadi perpecahan disetiap kehidupan masyarakat.

 

Indonesia memiliki keunikan tersendiri dibandingkan negara-negara lain. Hindu Indonesia, Islam Indonesia, Kristen Indonesia, Katholik Indonesia memiliki indegeniuos tersendiri. Kita adalah satu society. Dilahirkan oleh satu ibu yang sama sehingga kita memiliki akar dan budaya yang satu.

 

Masalahnya para diplomat tidak memahami situasi ini. TKI dan TKW yang bekerja dirumah-rumah bisa dibrainwash kapan saja. Situasi saat ini sangat buruk, sehingga lahirlah National Integration…..

 

Tragedi yang sangat buruk terhadap indonesia adalah hanya melihat islam ala wahabi. Saat naik Haji yang dipahami adalah islam saudi arabia. Inilah pentingnya pendidikan di Indonesia harus dibenahi. Idea kami adalah edukasi mengajarkan history of religion in the world. Sehingga setiap anak dapat mengapresiasi setiap peradaban yang tumbuh dengan budaya-budaya masing-masing. Bukan menjadi fanatik dengan agama masing-masing dan tidak bisa mengapresiasi.

 

Guruji Anand Krishna juga sempat menyentil sepak terjang perusahaan Temasek Singapore. Beliau mengingatkan mereka akan dampak yang dapat ditimbulkannya jika hal ini terus dibiarkan. Saat sesi tanya jawab beberapa hal sempat ditanyakan kepada beliau dan dijawab dengan lugas dan tegas.

 

Menjelang senja kunjungan terakhir dalam rangkaian perjalanan penuh berkah dan makna tersebut, kami berada di The Sri Ruthra Kaliamman Temple. Di tempat ini pun sambutannya tak kalah hangatnya. Setelah sempat mengikuti rangkaian ritual upacara, kembali Guruji Anand Krihsna mendapat kesempatan dan waktu berbagi di depan para pengurus temple dan undangan. Beliau memberikan penjelasan tentang segala kegiatan yang telah beliau lakukan hingga saat ini. Acara hari itu di tutup dengan makan malam bersama.

 

Dua hari penuh Guruji Anand Krishna tanpa henti-hentinya, sejak kaki suci beliau berpijak di Singapore, berbagi berkah bagi kami semua. Keberadaan beliau di tempat itu tak lepas dari kasih sayang beliau untuk membangun bersama sebuah peradaban yang penuh dengan cinta kasih terhadap sesama. Semangat dalam kecerian selalu beliau tunjukan disetiap kesempatan. Tiada rasa letih telihat pada raut wajah beliau. Setiap selesai acara, saat kami kembali ke penginapan dan sebelum beliau masuk kedalam kamar untuk beristirahat, senyuman kasih selalu beliau berikan untuk kami semua. Terima kasih Guruji. Tuntunan dan doa restu senantiasa dariMu yang akan selalu menuntun hidup kami. Mohon bimbingan dan doa restu senantiasa dariMu.

 

Jay Gurudev.

 

(laporan oleh Hadi Susanto. Perjalanan Guruji disertai oleh Ma Upasana, Ma Archana, Yudhanegara, Sayoga, Hadi dan Chicha)