Hindu, Peradaban para Warga Bumi

DIAMBIL DARI
MAJALAH ÇRADDHA, HALAMAN 9-10, Edisi KE-81, TAHUN XVIII, MARET-APRIL 2018

Liputan

Catatan dari Workshop Asal Usul Peradaban Hindu dan Kemuliaannya

Semangat untuk mengetahui dan memahami asal usul Peradaban Hindu bergelora setelah peresmian Samskriti Sindhu: Museum of World Culture oleh Gubernur Bali Made Mangku Pastika di Anand Ashram Ubud, 14 Januari 2018 lalu.

Kota Singaraja menyambut baik semangat tersebut dengan suksesnya Workshop “Asal Usul Peradaban Hindu dan Kemuliaannya” yang diselenggarakan oleh Yayasan Anand Ashram (berafiliasi dengan PBB) dan Anand Krishna Books Reader Club pada 27 Januari 2018 di Gedung Mr. I Gusti Ketoet Poedja. Sebelum peresmian museum tersebut, workshop tentang Peradaban Hindu juga telah diadakan di beberapa tempat lain, yaitu Universitas Udayana Denpasar, One Earth Retreat Centre Ciawi Bogor, Anand Krishna Centre Joglosemar, dan Universitas Sebelas Maret Surakarta sejak tahun 2017. Adalah Swami Anand Krishna, Humanis Spiritual dan Penulis Produktif lebih dari 170 buku, sekaligus Pendiri Samskriti Sindhu: Museum of World Culture, yang menjadi pembicara dalam berbagai workshop tersebut sebagaimana kali ini.

Lebih dari 600 peserta sebagian besar mahasiswa/i hadir dalam acara ini, menunjukkan kehausan masyarakat di Bali untuk menelusuri asal-usul peradaban Hindu dan upaya untuk memelihara nilai-nilai budaya luhur yang terkandung di dalamnya.

Swami Anand Krishna mengajak para peserta untuk melihat Hindu dari sudut pandang lebih luas dan holistik, yaitu Hindu sebagai sebuah Way of Life, gaya hidup yang selaras dengan Dharma; sebagai sebuah peradaban yag telah berusia setidaknya 12.000 tahun dan masih hidup dan berkembang saat ini. Peradaban ini yang nama aslinya adalah Peradaban Sindhu-Saraswati, dikenal dengan istilah Shin-tuh oleh pelancong Cina, Indies/Indus/Indo oleh bangsa Barat, dan Hindu oleh bangsa Persia dan Arab.

Sebagaimana telah diungkapkan oleh Swami Anand Krishna dalam buku “Sindhu Samskriti: Nilai-nilai Luhur Budaya Warga Bumi”, “(Wilayah Peradaban Sindhu, Indus, Indies, Indo, Shin-tuh, Hindu, Hindia) tidak tanggung-tanggung luasnya – mencakup sebagaian negara modern Iran, Afghanistan, Pakistan, India, Bangladesh, Bhutan, Nepal, Tibet; negara-negara di Asia Tenggara, termasuk kepulauan kita – hingga perbatasan Australia, dulu disebut Astralaya.” Penelitian mutakhir membuktikan bahwa pada masa awal peradaban tersebut , seluruh wilayahnya masih berada dalam satu lempengan daratan yang luas sebelum terpisah seperti saat ini. Ini dapat dilihat secara kasat mata dari kemiripan berbagai bentuk tarian, seni rupa, pakaian, bangunan (candi), cerita-cerita rakyat, maupun tradisi-tradisi kebudayaan dari wilayah masing-masing, mematahkan anggapan bahwa ada impor ekspor budaya.

Mayoritas pertanyaan yang terlontar kepada Swami Anand Krishna terkait dengan relevansi nilai-nilai luhur Peradaban Sindhu, Indus, Indies, Indo, Shin-tuh, Hindu, Hindia dengan tantangan zaman modern. Dan dengan lugas lewat presentasi beliau, Swami Anand Krishna menjelaskan bahwa nilai-nilai luhur Peradaban seluruh Warga Bumi yang tidak pernah berhenti tumbuh berkembang sehingga akan selalu relevan seiring berubahnya zaman. Karena itu istilah pribumi dan non –pribumi sudah tidak lagi relevan karena kita semua adalah para warga bumi, pewaris tunggal Peradaban Sindhu.

Melihat animo dari workshop yang telah diadakan di berbagai kota serta jumlah pengunjung di Samskriti Sindhu: Museum of World Culture di Ubud, maka penyelenggara merencanakan adanya workshop lanjutan di Tabanan dan kabupaten lainnya di Bali dengan mengajak pihak-pihak lain untuk kerjasama, bahkan tidak menutup kemungkinan untuk diadakan di laur Bali.

Sebagaimana Samskriti Sindhu: Museum of World Culture dan buku “Sindhu Samskriti: Nilai-nilai Luhur Budaya Warga Bumi”, workshop semacam ini diharapkan dapat membantu generasi muda Hindu, generasi muda Warga Bumi untuk memahami dan mengapresiasi akar budaya dan peradaban yang sama, memahami asal-usul peradaban Hindu, peradaban Warga Bumi dan kemuliaannya sehingga dapat menumbuhkan kepercayaan diri generasi muda pewaris akan nilai-nilai dan kemuliaan peradaban (Anand Ashram).