Temu Hati Masyarakat Karangasem bersama Anand Krishna

Temu Hati Masyarakat Karangasem bersama Anand Krishna
“Membangun Spiritual & Budaya Karangasem”

11 Januari 2008

 

Kota Karangasem adalah kota yang terletak di bagian Timur pulau Bali. Dari Denpasar, dengan kendaraan ditempuh sekitar satu setengah sampai dua jam perjalanan. Atas undangan penglingsir (red: yang dituakan) puri Karangasem, Bapak Anand Krishna datang kesana bersama rombongan. Beliau diundang untuk memberikan pencerahan kepada segenap lapisan masyarakat Karangasem.

Kedatangan Bapak Anand Krishna disambut hangat oleh penglingsir puri Karangasem, dan beliau langsung diajak ke Jaba Tengah (red: beranda bagian dalam). Setelah berbincang-bincang dengan dengan keluarga puri dan dengan ratu peranda (red: pendeta Hindu), tepat jam 10 acara temu hati dimulai.

Bapak Anand Krishna mengawali pencerahan beliau dengan pertanyaan,” Spiritual itu apa?”. Seperti biasa beliau selalu memberikan kesempatan kepada para pendengar untuk berpikir menemukan jawabannya. Dan seperti biasa pula para pendengar pun bingung. Beliau diam beberapa jenak, dan mengulangi kembali pertanyaan beliau,” Spiritual itu apa?”. Karena tidak ada yang menjawab, pertanyaan ini beliau jawab dengan sebuah nyanyian yang sangat indah.

Engkaulah Tuhan Yang Maha Kuasa, Engkaulah pencipta alam semesta. Ada yang menyebutMu sang Adi Buddha. Ada yang sembah pada Hyang Widhi Wasa. Engkaulah Tuhan satu-satunya yang tiada duanya ya Allah ya Rabbi Ya Allah ya Rabbi…, kupuja kusembah kusujud …. Kucinta padamu Ya Allah Ya Rabbi…… Ya Allah Ya Rabbi ……Ya Allah Ya Rabbi ……Ya Allah Ya Rabbi ……Ya Allah Ya Rabbi ……Ya Allah Ya Rabbi….”


“Di tengah masyarakat yang mayoritas Hindu, kalau kita bisa bernyanyi Ya Allah..Ya Rabbi, itulah spiritual. Dan saya melihat tidak ada yang terbebani oleh kata-kata Ya Allah Ya Rabbi”. Sambil bercanda beliau kemudian melanjutkan, ”Jadi tugas saya selesai, dan kita pulang,” yang disambut gerrr…oleh para peserta yang hadir.

Beliau kemudian melanjutkan, spiritual adalah ketika kita melihat esensi, bukan akidah, Bahkan dalam satu agama saja akidah bisa berbeda. Perbedaan akidah ini adalah lumrah karena pengaruh budaya, pengaruh geografis. Keadaan bisa menentukan cara kita beragama. Tetapi esensinya adalah kita berada dibawah satu langit yang sama. Dan langit tidak mengenal pengkotak-kotakan..

Bapak Anand Krishna bercerita tentang pengalaman beliau, dimana ada seorang teman beliau yang pindah agama karena masalah rejeki. “Dulu waktu saya masih beragama A, rejeki saya seret, tapi begitu pindah agama B, rejeki saya lancar,” kata teman Beliau. Beliau menjawab, ”Berarti agamamu adalah agama rejeki,” yang disambut gelak tawa oleh para peserta. Kalau kita beragama hanya karena rejeki berarti kita belum beragama. Beragama berari “Islam”, surrender. Menerima kehendak Tuhan, dalam bahasa sanskerta disebut Bhakti.

Sukarno mengatakan kita membangun negara ini untuk siapa? Untuk Islam? Untuk Hindu? Untuk Buddha? Atau untuk Kristen?. Kita membangun negara ini adalah untuk seluruh rakyat yang tinggal di kepulauan ini. Dan ini adalah spiritual. Dasar kita membangun negara ini sangatlah spiritual.

Hampir setiap tahun negara kita selalu dilanda bencana. Bencana dari tahun ke tahun semakin banyak dan semakin besar. Sampai sekarang pun tidak berhenti. Ini adalah ayat-ayat yang bertebaran dimana-mana.. Kesalahan kita adalah, kita belum berbudaya. Kita baru beradat. Adat dan budaya itu berbeda. Kata ‘adat’ berasal dari bahasa Persia yang berarti kebiasaan. Jadi semua adat-adat itu bukan budaya. Beliau menguttip istilah dari Ki Hajar Dewantoro bahwa, unggulan-unggulan adat inilah yang menjadi budaya. Merokok misalnya, lima puluh tahun yang lalu seorang merokok untuk menunjukkna bahwa dia itu gagah. Tetapi sekarang, dimanapun anda merokok, anda akan menjadi warga negara kelas dua. Di bandara misalnya, anda akan dipisahkan dari penumpang yang tidak merokok. Merokok lebih berbahaya dari pada candu. Candu hanya mencelakakan diri sendiri tetapi rokok, bisa membahayakan orang lain juga.

Kebiasaan untuk tidak berkata bohong, kebiasaan untuk berkata jujur, kebiasaan untuk saling mencinta adalah adat yang baik, dan ini adalah budaya. Budaya adalah adat-adat yang baik dan tidak mencelakan orang lain. Dan adat-adat yang baik ini akan membuka budhi.

Yang bisa menyelamatkan Indonesia ini hanyalah spiritual. Ada ramalan bahwa sebelum tahun 2015 negara kita akan menjadi 5 negara. Dan tanda-tandanya sudah kelihatan. Begitu kita menerapkan perda-perda yang berlandaskan agama, daerah-daerah lain akan melakukan hal yang sama.. Indonesia hanya akan tinggal riwayat saja. Dan yang akan mendapat manfaat adalah kelompok-kelompok asing yang memang ingin Indonesia terpecah belah.

Kita masih memiliki sumber alam yang sangat berlimpah. Tahun 1600-an kita dijajah oleh berbagai negara seperti Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda. Apa yang mereka cari?. Pala (nutmeg). Selama hamper seratus tahun, dari tahun 1700 sampai tahun1800-an harga pala di pasaran London lebih mahal dari pada emas. Kemudian tahun 1930-an kita memperebutkan minyak. Kita hanya tahu bahwa minyak itu dikirim dari timur tengah. Tahun 1870 kita, bukan timur tengah, sudah menjadi negara pengekspor minyak nomor satu di dunia.

Kita punya rempah-rempah, minyak, emas, kopi dan masih banyak lagi. Kita menjadi rebutan negara-negara Eropa. Sekarang yang akan diperebutkan itu apa? Air minum. Seluruh dunuia dalam sepuluh tahun mendatang akan kekurangan air. Tetapi negara kita dikelilingi oleh lautan. Kita tidak akan kekurangan air, kita tinggal perlu teknologi untuk mem-filter air. Bahkan sampai ke cicit kita sekalipun, kita tidak akan kekurangan air. Negara-negara lain tidak memiliki air. Oleh karena itu kita diperebutkan.

Menutup pembicaraan beliau, Bapak Anand Krishna berpesan bahwa yang bisa mempersatukan hanya Budaya. Kalau kita melupakan akar budaya kita, kita tidak akan selamat.

(made mulia)