Temu Hati Masyarakat Singaraja: “Menuju Keluarga Bahagia”

Temu Hati Masyarakat Singaraja bersama Anand Krishna:
“Menuju Keluarga Bahagia”

6 September 2006

 

 

 

Cuaca di kota Buleleng cukup cerah, walaupun teman-teman disini masih kelihatan letih dengan kegiatan simposium di Denpasar kemarin, terlihat jelas adanya semangat untuk tetap berkarya bagi Ibu Pertiwi. Keramah-tamahan menyambut kedatangan Guruji dan teman-teman dari Denpasar seakan-akan melunturkan semua pandangan orang tentang kerasnya karakteristik masyarakat disini.

 

Hari itu tanggal 6 September 2006 menjawab kerinduan masyarakat Singaraja. Guruji Anand Krishna berkenan untuk hadir dan berbagi kesejukan di Singaraja lewat kegiatan Temu Hati yang mengambil tema “Menuju Keluarga Bahagia, Saptapadi – Tujuh Langkah Menuju Keluarga Bahagia”. Satu persatu undangan mulai berdatangan memenuhi ruang pertemuan Hotel Bali Taman. Tepat pukul 15.00 wita acara dimulai.

 

“Kalau saya tahu, saya tidak akan menulis buku,… saya juga sedang mencari,” begitulah jawaban diplomatis dan jenaka dari Guruji Anand Krishna menjawab pertanyaan dari moderator, Bapak Roy Astika tentang perbedaan antara bahagia dan kesenangan.

 

Selanjutnya Bapak Anand Krishna memaparkan:

Di Bali ada istilah Wiwaha yang terdiri dari dua kata: Wi berarti dua, dan Waha berarti kerjasama. Jadi wiwaha ini berarti kerjasama antara dua kubu, bisa suami-isteri, bisa juga dua kampung, dua marga.

 

Dalam tradisi Hindu, yang disebut Hindu saya harus ingatkan sekali lagi, bukan milik satu agama saja. Tradisi Hindu milik suatu wilayah peradaban yang dulu saya katakan berawal dari Gandhar, tetapi harus saya ralat dulu karena banyak bukti, tradisi ini berawal dari Iran yang bernama Aria sampai keperbatasan Australia. Jadi wilayah peradaban Hindu ini luas sekali; ada India, ada Indonesia, ada Indocina yang semua mewarisi tradisi Hindu.

 

Wiwaha itu bukan hanya mempertemukan suami istri saja, dua keluarga, dua kampung. Bahkan jaman dulu mempertemukan dua kerajaan. Satu raja kawin dengan putri dari kerajaan lain dan mempersatukan kerajaan.

 

Bung Karno mengunakan istilah gotong-royong. Sistem banjar di Bali itu adalah manifestasi dari gotong royong, sistem banjar atau sitem umah di Batak. Umat dalam bahasa Islam, sebetulnya sama.

 

Kita memiliki satu peradaban yang sama, jadi kalau kita melihat sejarah ke belakang, kita semua adalah orang Hindu, tapi ada yang beragama Kristen, Katolik, Islam dll., karena wilayah peradaban kita sama. Tolong jangan disomasi, kalau gak suka ya sudah. kalau mau disomasi saya juga akan berterimakasih karena ada kesempatan saya untuk membeberkan sejarah masa lalu. Bahwa kita adalah satu wilayah peradaban.

 

Dalam wilayah peradaban ini,saya barusan mencatat beberapa hal yang menarik. Perkawinan itu ada bebarapa macam yaitu:

 

1. Pishad yaitu pekawinan ala buttha/setan/roh2 gentayangan. Perkawinan ini terjadi karena sesuatu hal kalau belum ada ikatan dan sudah terjadi sesuatu yang kemudian berakibat perkawinan.

 

2. Raksad/Raksasa. Perkawinan ini terjadi ketika satu diantaranya entah itu suami/istri diperoleh dengan cara melarikan atau mengalahkan satu pihak.

 

3. Aurah/adanya urusan uang Contoh dalam perkawinan ini antara 2 orang pengusaha yang memiliki anak agar uang yang mereka miliki tidak jatuh ketangan orang lain,maka mereka menjodohkan anak mereka..

 

4, Gandharwa/cinta sama cinta/cinta buta. Contoh antara Shakulantala dan Visva.

 

5. Prjapati. Perkawinan yang diatur oleh keluarga, kadang-kadang bisa terjadi dari kecil sudah dijodohkan

 

6. Brahman. Perkawinan bila semua pihak yang terlibat setuju. tidak melangar peraturan apapun.

 

Saptapadi adalah perkawinin cara brahman. Kalau keluarga tidak setuju ada kewajiban untuk merayu mereka sampai mereka menyetujui. Puncak dari Saptapadi adalah aku dan kau mulai saat ini akan bersahabat, saling mengisi.

Perceraian terjadi karena salah seorang menuntut, tapi kalau bersahabat tidak akan pernah menuntut. Hubungan kita tanpa tuntutan tanpa kepemilikan.

 

Dalam tradisi kita, kita mengenal ada dua istilah dalam persahabatan sejati dan kebahagian yaitu: Sreya, yang membawa kemuliaan dan Preya, yang membawa kenikmatan…

 

Acara yang dihadiri oleh lebih dari 200 peserta ini bukanlah melulu hadir dari kota Singaraja. Ada yang hadir dari Grokgak (di Buleleng Barat), Tajun (Buleleng Timur), bahkan ada yang khusus datang dari kabupaten lain, Amlapura.

 

Menjawab pertanyaan seorang peserta tentang ciri-ciri orang bahagia, Bapak Anand Krishna menjelaskan, “Kita akan sulit mendefinisikan tentang apa itu bahagia, tetapi saya akan memberikan contoh ciri-ciri orang yang sudah mengenal kebahagiaan, yaitu ketika kita berjumpa dengan seseorang dan belum terjadi suatu perbincangan tetapi kita sudah merasakan rasa bahagia.” Gampang bukan?!

 

Seperti biasa, acara diselingi dengan lagu-lagu persembahan dari The Toucbearers – kelompok muda-mudi pembawa obor pencerahan dari Anand Krishna Centre.